Pagi ini penulis bingung dan dipusingkan oleh pertanyaan dikepala mengenai bulu angsa, apakah berwarna hitam atau putih? Spesies unggas yang dinamakan Angsa ini memiliki esensi kefilsafatan atau tidak? Dan akhirnya penulis memejamkan mata dengan niat awal merenung dan akhirnya penulis tertidur dan bermimpi. Mimpi penulis tadi malam akhirnya membuahkan petunjuk dan pada akhirnya penulis ingin menjabarkan hasil mimpi tadi malam melalui tulisan ini. Di dunia realitas mungkin bulu angsa pada umumnya berwarna putih tapi tadi malam penulis melihat dalam dunia ide (bermimpi) bahwa bulu angsa ternyata ada yang berwarna hitam persis seperti di serial kartun Angsa yang buruk rupa. Bulu angsa juga mempunyai makna-makna filosofis jika ditelisik lebih jauh lagi, cara terbang Angsa juga mempunyai esensi yang patut ditiru oleh manusia. Berikut ini adalah penjabarannya.
Bulu Angsa dalam pandangan umum mungkin terlihat putih dan bersih, dalam hal ini putih bisa dilambangkan sebagai simbol kesucian, kebaikan, dan sesuatu yang dinilai bermoral, sedangkan bulu angsa yang berwarna hitam dalam dunia ide penulis bisa dilambangkan sebagai simbol keburukan, tidak bermoral, dan sesuatu yang kotor. Jika ditelisik lebih lanjut dalam perenungan kefilsafatan ternyata bulu putih dan bulu hitam bermakna seperti ajaran Taoisme yang berfokus pada filsafat alam.
Yin dan Yang suatu sistem keseimbangan antara hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk, suatu keadaan dimana segala sesuatu tidak bisa disamaratakan. Tidak ada suatu hal yang dinilai baik jika tidak ada suatu hal yang dinilai buruk, begitu juga sebaliknya sesuatu hal dinilai buruk jika ada sesuatu hal yang dinilai baik. Nilai-nilai antara baik dan buruk ternyata saling melengkapi dan saling bersinergi dalam membentuk pola kehidupan yang seimbang. Bisa dibayangkan bagaimana keadaan dunia jika semua orang berprilaku baik, mungkin tidak ada lagi para ustad, pastur, biksu di dunia ini, tidak ada kejahatan, semua orang patuh terhadap hukum, polisi dan tentara hanya menganggur sambil membaca koran setiap harinya. Bosan, mungkin itu hal yang terlintas didalam pikiran kita jika ternyata dunia diisi oleh orang-orang yang baik. Tapi jika di dunia ini ternyata hanya berisi orang-orang yang jahat, mungkin dunia ini sudah diambang kehancuran. Hutan sudah habis ditebang, gunung sudah rata dengan tanah, laut sudah kehabisan ikannya, dan langit sudah gelap tertutup awan polusi. Mengerikan, satu kata yang menggambarkan keadaan dunia bila diisi oleh orang-orang yang jahat.
Taukah anda bahwa Angsa berenang tanpa membasahi bulunya? Mungkin sebagian dari pembaca sudah tahu karena suka menonton acara National Geographic di TV berbayar atau sering menonton Dunia Hewan di salah satu TV Swasta Nasional negeri ini. Bagi pembaca yang belum tahu simaklah pembahasan filosofis yang akan penulis uraikan disini. Angsa berenang tanpa membasahi bulunya bisa dianalogikan sebagai seseorang yang bijaksana dapat menjalani kehidupan seperti biasa tanpa terseret arus kehidupan keduniawian. Dari hal tersebut kita mendapatkan suatu pelajaran berharga bahwa kebijaksanaan dalam hidup dapat kita capai dengan menjauhi hal-hal yang bersifat keduniawian, tetapi bukan berarti kita menjauhi kebutuhan dasar kita sebagai manusia yang membutuhkan makanan, pakaian, tempat tinggal, dan lain sebagainya. Kebijaksanaan disini adalah menjalani kehidupan secara normal dengan syarat tidak tergoda arus keduniawian seperti, hidup bermewah-mewahan, melakukan sex bebas, dan hal-hal yang menjurus kepada kesenangan semu yang lainnya. Bisakah kita seperti Angsa yang berenang tetapi tidak membasahi bulu-bulunya?
Angsa terbang dengan menggunakan formasi V. Sudah tahukah Anda? Bagi Anda yang sudah tahu hal tersebut penulis berasumsi bahwa kalian memang merupakan pecinta jenis unggas ini atau Anda sering membaca buku ensiklopedia tentang hewan ketika masih duduk di bangku pendidikan baik di SD, SMP, ataupun di SMA. Bagi yang belum tahu hal tersebut, Anda dapat memperhatikan uraian penulis tentang formasi V pada cara terbang Angsa berikut ini. Angsa terbang dengan membentuk formasi huruf V, dan jika ditelisik lebih lanjut formasi tersebut dapat meningkatkan kecepatan terbang Angsa sebesar 75% dari pada mereka terbang sendirian. Secara filosofis hal tersebut mengajarkan kita untuk saling bekerjasama dalam menyelesaikan hal apapun agar mencapai tujuan yang kita inginkan. Bukan hal yang bijaksana bagi kita untuk egois dan mementingkan tujuan kita masing-masing tanpa memperdulikan orang lain, padahal manusia merupakan makhluk sosial yang sudah pasti dan mutlak membutuhkan orang lain dalam mencapai tujuan bersama.
Hal yang unik dari formasi V milik Angsa yang kedua adalah jika Angsa yang menempati posisi paling depan atau ujung tombak formasi terbang sedang memimpin kawanan Angsa untuk terbang, hal yang uniknya adalah anggota dari kawanan Angsa langsung mengeluarkan suara-suara gaduh sebagai simbol penyemangat bagi si pemimpin. Hal yang patut kita tiru perilakunya, ketika seorang pemimpin duduk di kursi kekuasaan tugas kita sebagai rakyat adalah memberi dukungan bagi si pemimpin agar dapat memimpin suatu negara ke keadaan yang lebih baik, bukannya malah menghujat disana-sini tanpa memberikan solusi bagi pemerintah agar melakukan sesuatu yang baik bagi kebijakan negara kedepannya.
Hal unik yang terakhir yang dimiliki oleh formasi V Angsa yang juga mengandung nilai-nilai filosofis adalah ketika si pemimpin kawanan Angsa kelelahan maka dengan sendirinya pemimpin kawanan Angsa akan mundur dan posisinya akan digantikan oleh Angsa yang lainnya. Hal tersebut dapat dianalogikan sebagai berikut, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tahu kapan waktunya untuk mundur dari jabatannya. Tidak berkuasa selamanya sampai akhirnya mati. Pergantian pemimpin juga dilaksanakan secara damai dan tidak perlu ada kekerasan karena tidak bijaksana rasanya bagi kita manusia untuk saling bekelahi hanya karena ingin memperoleh suatu kekuasaan.
Dalam penjabaran tadi bisa kita simpulkan bahwa Angsa dan Bulunya sekalipun memiliki makna filosofis yang bisa kita tiru sebagai hal yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan sosial dan bernegara. Penulis berharap sehabis membaca tulisan tersebut kita tergerak untuk lebih peka dalam mengamati hal-hal disekitar kita, barangkali ada hal-hal kecil yang luput dari pandangan dan perhatian kita mempunyai makna yang besar bagi kehidupan kita kelak. Penulis punya satu pertanyaan untuk kita semua. Sudahkah kita belajar dari Angsa dan Bulunya?.
Oleh : Muhammad Nur Alam Tejo
Oleh : Muhammad Nur Alam Tejo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar