Serat Wedhatama adalah karya KGPAA
Mangkunegara IV (1809-1881). Secara umum, satu kesatuan di dalam berbagai pupuh
tembangnya, berisi tentang ajaran etika, pengetahuan tentang yang baik, “laku
kautamaan.” Meskipun begitu, terdapat juga konsep-konsep metafisika, filsafat
ketuhanan, kosmologi, dan filsafat manusia di dalamnya, namun tidak sistematis.
Dengan demikian, filsafat ini merupakan filsafat yang bersifat subjektif
relatif (menurut pandangan tokoh), yang mana diperlukan interpretasi mendalam
kepadanya karena filsafatnya tersembunyi secara tersirat.
Serat Wedhatama bisa diartikan sebagai
serat yang berisi tentang ilmu keutamaan hidup. Hal tersebut dapat ditangkap
dari asal-usul katanya. Wedha berarti
ilmu dan tama berarti utama, baik,
atau luhur.
Serat Wedhatama memiliki dua versi. Versi pertama
dikeluarkan oleh Tanaya Surakarta, diterbitkan oleh Tan Koe Sie Kediri (1931),
terdiri dari 100 bait tembang (pada),
dan berisi lima pupuh: pangkur, sinom,
pocong, gambuh, dan kinanthi. Sementara
itu, versi kedua disusun oleh Hadisutjipto, terdiri dari 72 bait, dan tanpa
pupuh kinanthi. Tidak ada perbedaan
yang mencolok dan keduanya memiliki substansi yang sama.
Terdapat konsep metafisika dalam serat
Wedhatama: tentang Tuhan, alam, dan manusia. Tuhan dianggap sebagai Dzat Yang
Mutlak, meskipun terdapat berbagai penyebutan seperti: Allah, Hyang Widhi,
Bhatara Gung, Hyang Wisesa, Manon, Hyang Manon, Hyang Sukma, dan Ingkang Maha
Suci. Berbagai penyebutan tersebut disebabkan oleh tiga hal: perbendaharaan
kata bahasa Jawa yang banyak, penyesuaian guru lagu (rima) dan guru wilangan (jumlah suku kata) dalam
tembang, dan mengacu pada sifat-sifat Tuhan tertentu.
Tentang alam semesta, terdapat konsep triloka (makrokosmos “alam semesta” –
mikrokosmos “alam manusia” – alam suwung “alam gaib/kinaot”). Makrokosmos dan mikrokosmos sebagai tempat kemenjadian. Sementara
itu, alam suwung sebagai tempat kepastian atau tetap.
Serat Wedhatama berpandangan bahwa manusia
merupakan makhluk yang monopluralisme: kedudukan kodrat (makhluk tuhan dan
makhluk bebas), susunan kodrat (makhluk berjiwa dan makhluk bertubuh/raga, atau
dapat disebut dengan term jiwangga), dan
sifat kodrat (makhluk individu dan makhluk sosial) yang ketiganya berpadu
menjadi satu kesatuan. Sementara itu, tujuan hidup manusia yang berupa
kebahagiaan/kesempurnaan dapat dicapai melalui tingkah laku yang baik/laku kautaman. Dengan begitu, dalam
menentukan jalan hidupnya manusia juga terikat norma-norma dan termasuk
persyaratan: arya, arta, tri winasis.
Dalam Serat Wedhatama, terdapat tiga hal
yang menyangkut perihal kebaikan: hubungan baik terhadap Tuhan (yang dicapai
melalui sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa dan sembah rasa),
hubungan baik terhadap sesama (membuat senang orang lain, bersedia berkorban
untuk orang lain, dan berprilaku jujur/tidak menutupi diri), dan hubungan
terhadap diri sendiri (mawas diri/“sadar
diri,” tresno marang pribadi/”mencintai
diri sendiri,” dan panggul wenthah
pribadi/”merawat atau memelihara diri sendiri.”).
Contoh soal:
1. Mengapa dalam Serat Wedhatama, Tuhan memiliki penamaan yang beraneka
macam?
2. Jelaskan konsep alam semesta dalam serat Wedhatama!
3. Adakah keterkaitan konsep tentang Tuhan dan tentang alam semesta dalam
Serat Wedhatama?
4. Jelaskan bagaimana cara mencapai hubungan baik terhadap Tuhan, sesama
manusia, dan diri sendiri dalam pandangan Serat Wedhatama!
Sumber: Budisutrisna. Modul Filsafat
Nusantara Modern – Kontemporer. Yogyakarta: Fakultas Filsafat Universitas
Gadjah Mada. hal. 35-39.