Filsafat Minangkabau berbentuk sangat tersirat. Filsafat tersebut tersirat di dalam setiap pepatah adatnya. Setiap pepatah adantnya memakai analogi proses/hukum-hukum alam yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam. Konsep filsafat mereka dapat digali di dalam berbagai pepatah-pepatah tersebut.
Sistem kekerabatan dalam masyarakat Minangkabau,
adalah sistem kekerabatan yang bergaris keturunan matrilineal. Matrilineal adalah
sistem kekerabatan dengan garis keturunan ibu. Dengan demikian, seorang anak
akan termasuk dalam keluarga ibunya, bukan ayahnya. Sementara itu, kesatuan
keluarga terkecil adalah paruik (perut);
keluarga yang merupakan saudara seibu. Tentu hal tersebut merupakan kesatuan
keluarga yang genealogis, meskipun terdapat sistem kesatuan kampuang (kampung) yang memisahkan
keluarga satu dengan dengan yang lain.
Alam pikiran Minangkabau sangat dipengaruhi
oleh nilai religius Islam. Nilai Islam sangat mempengaruhi adat istiadat di
sana. Meskipun begitu, adat juga berlandaskan hukum-hukum alam. Itulah mengapa,
filsafat Minangkabau bersifat objektif mutlak (kepercayaan nilai-nilai Islam
atau Agama) dan objektif terselubung (nilai-nilai adat dan kefilsafatan yang
tersirat di dalam kebudayaan, dalam konteks Minangkabau adalah pepatah-pepatah
adat). Contoh pepatah: 1. Syara’ mangato, adat mamakai.; 2. Adat basandi syara’, syara’ basandi
kitabullah.
Manusia dianggap sebagai makhluk pribadi
dan makhluk sosial oleh masyarakat Minangkabau. Mereka menganggap martabat
pribadi sebagai kesatuan dalam pergaulan hidup. Selain itu, manusia juga harus
menempatkan kebersamaan dalam posisi terhormat. Itulah mengapa prinsip
kebersamaan dalam Minangkabau sangat kuat. Prinsip kebersamaan tersebut juga
menjiwai empat prinsip etika yang berlaku di sana: harmoni diri, harmoni
sesama, harmoni alam nyata, dan harmoni alam gaib. Contoh pepatah: 1. Sakabek bak siriah, sarumpun bak serai.; 2. Sakit di awak sakit di urang, lamak di awak
lamak di urang.
Menurut masyarakat Minangkabau, alam
semesta merupakan bukti dari keagungan Tuhan. Dengan demikian, mereka memakai
juga prinsip alam semesta sebagai pedoman hidup: keseimbangan, kesesuaian, dan
kemanfaatan. Contoh pepatah: 1. Gadang kayu, gadang dahannya.; 2. Kalau masuk kandang kambing mengembik, kalau
masuk kandang kerbau menguak.
Keutamaan hidup di dalam masyarakat
Minangkabau adalah tiga Rajo: harus menjalankan agama dengan baik (Rajo Ibadat),
harus menjalankan adat dengan baik (Rajo adat), dan harus berilmu pengetahuan
yang tinggi sehingga dapat memanfaatkan alam dengan baik (Rajo alam). Konsep tersebut
dinamai tungku tiga sajarangan. Contoh
pepatah: 1. Katiadaan ameh kulieh dicari, ketiadaan aka
putuih bicaro.; 2. Tak barameh putuih tali, tak baraka taban
bumi.
Contoh soal:
1. Jelaskan mengapa filsafat Minangkabau bersifat objektif mutlak dan objektif
terselubung!
2. Jelaskan konsep Alam Semesta dalam pandangan orang Minangkabau (dengan
diberi contoh pepatah)!
3. Bagaimana cara mencapai keutamaan hidup dalam pandangan Minangkabau!
Sumber: Budisutrisna. Modul Filsafat
Nusantara Modern – Kontemporer. Yogyakarta: Fakultas Filsafat Universitas
Gadjah Mada. hal. 26-30.