Salam sejahtera wahai pencari jati diri. Dimana dirimu pula mencari eksistensi (sudah cukup bosan saya menjelaskan arti kata ini, baca postingan pertama saya) Tuhan seperti Ibrahim yang mencari-Nya pula.
Pertama, Saya harus jelaskan dulu tingkat urgensi (seberapa penting) pembuktian Tuhan. Kepercayaan merupakan hal yang fundamental (medasar) dalam seluruh kehidupan manusia. Saya yakin 100% bahwa segala hal yang anda lakukan, dilandasi dengan rasa kepercayaan. Ambil sebuah contoh ketika anda merasa sangat lapar, sudah pasti kemudian anda makan. Itu disebabkan karena anda percaya bahwa ketika anda lapar maka yang harus anda lakukan adalah makan. Hal itu pun berlaku dalam berbagai dimensi (bentuk) kesadaran manusia.
Akan tetapi muncul pertanyaan apakah kepercayaan mempunyai kategori di dalamnya. Kepercayaan dapat dikategorikan dalam dua hal, yaitu; beralasan kuat dan sebaliknya. Kepercayaan yang beralasan kuat dapat kita sebut dengan "kesadaran nyata". Sementara sebaliknya merupakan "kesadaran palsu" (saya adopsi dari terminologi marx terhadap ideologi). Kenapa saya sebut kesadaran palsu karena ketika kepercayaan anda tidak beralasan kuat , maka kepercayaan tersebut dapat berkontradiksi dengan kenyataan serta dapat membuat anda melakukan perilaku-perilaku yang diluar kemanusiaan. Kita ambil contoh; kita abstraksikan (bayangkan) ketika seorang laki-laki mempunyai seorang istri (jangan banyak-banyak, satu saja cukup). Lalu dia bermimpi bahwa istrinya selingkuh. Kita berasumsi (berandai) bahwa laki-laki tersebut percaya sepenuhnya kepada mimpinya. Anda dapat menerka apa yang akan terjadi. Itulah mengapa sangatlah penting bahwa Kepercayaan haruslah beralasan kuat.
Degan begitu, percaya Tuhan berarti membuktikan begitu pula sebaliknya. Untuk itu, saya mencoba melakukan pembuktian Tuhan dengan landasan kuat yaitu logika yang "sound" (semua premis yang benar serta susunan silogisme yang valid).
Pertama-tama, apa yang saya maksud dengan Tuhan adalah pencipta dari alam semesta. Lalu, yang saya maksud dengan eksis (ada) adalah keadaan dimana sesuatu dapat dibuktikan secara objektif. Perlu diperhatikan bahwa objektif itu tidak harus dengan metode empiris (indra). Dengan menggunakan metode rasional (logika) yang "sound", dapat dikategorikan dalam objektif. Kedua definisi di atas jelas dan mudah untuk dipahami.
Kedua, saya akan menunjukkan argumen saya untuk pembuktian Tuhan. Silahkan dilihat:
(P1) Jika dan hanya jika sesuatu yang diciptakan adalah eksis, maka pencipta dari sesuatu yang diciptakan adalah eksis.
(P2) Alam semesta adalah eksis.
(P3) Alam semesta adalah sesuatu yang diciptakan.
(P4) Tuhan adalah pencipta dari alam semesta.
(P5) Sesuatu yang diciptakan adalah eksis (P2, P3, Silogisme Kategoris)
(P6) Pencipta dari sesuatu yang diciptakan adalah eksis. (P1, P5, Modus Ponens)
(P7) Pencipta dari alam semesta adalah eksis (P6, P2, Prinsip Identitas)
(P8) Tuhan adalah eksis (P7, P4, Silogisme Kategoris, Kesimpulan)
(P1) Jika dan hanya jika sesuatu yang diciptakan adalah eksis, maka pencipta dari sesuatu yang diciptakan adalah eksis.
(P2) Alam semesta adalah eksis.
(P3) Alam semesta adalah sesuatu yang diciptakan.
(P4) Tuhan adalah pencipta dari alam semesta.
(P5) Sesuatu yang diciptakan adalah eksis (P2, P3, Silogisme Kategoris)
(P6) Pencipta dari sesuatu yang diciptakan adalah eksis. (P1, P5, Modus Ponens)
(P7) Pencipta dari alam semesta adalah eksis (P6, P2, Prinsip Identitas)
(P8) Tuhan adalah eksis (P7, P4, Silogisme Kategoris, Kesimpulan)
Dari keempat premis yang saya berikan di atas dapat di simpulkan bahwa Tuhan adalah eksis (ada). Saya telah cek bahwa struktur silogisme di atas sudah valid. Jika menemukan kesalahan maka segera hubungi saya.
Selanjutnya kita buktikan kebenaran setiap premis awal. Kita mulai dari yang termudah yaitu premis ke-empat dan ke-dua. Premis ke-empat merupakan definisi dari Tuhan. Sedangkan premis ke-dua telah jelas bahwa Alam semesta ini eksis secara obyektif; secara Indrawi maupun Akal.
Premis ke-satu, Kita hanya bisa menyebut seseorang sebagai pencipta, ketika dia telah menciptakan sesuatu. Sama seperti anda hanya bisa memanggil saya pembunuh jika saya telah membunuh.
Premis ke-tiga, kita memerlukan standar untuk sesuatu bisa dikategorikan sebagai "sesuatu yang diciptakan". Kita coba bayangkan sebuah jam tangan. Dapat terlihat dengan jelas jam tangan memiliki tiga buah nilai yaitu; kompleks, harmonis, dan bisa dipahami. Kompleks, dimana yang bekerja bukan hanya satu hal, tetapi banyak hal dalam satu rangkaian jam tangan. Harmonis, dimana bekerjanya banyak hal ini bukanlah saling menghancurkan, justru saling berhubungan dan berkesinambungan. Bisa dipahami, maksudnya adalah kinerja yang kompleks dan harmonis ini bisa dipahami oleh kita baik secara partikular (sebagian) maupun universal (keseluruhan).
Lalu, dari ketiga standar di atas dapat di tarik menuju ke Alam Semesta. Pertama, Alam Semesta adalah maha kompleks. Bahkan sistem kerja tubuh manusia saja sangatlah kompleks hingga butuh beberapa spesialisasi yang dilakukan oleh dokter karena terlalu kompleks. Kedua, Alam Semesta adalah maha harmonis. Bagaimana siklus hujan bahkan bagaimana petir terjadi pun dapat dilihat kompleksitas dan keharmonisan antara satu hukum alam dengan hukum alam yang lain. Ketiga, Alam Semesta bisa dipahami. Sudah cukup jelas dengan adanya ilmu-ilmu alam yang mempelajari hukum alam menunjukkan bahwa Alam semesta bisa dipahami.
Teranglah bahwa logika yang saya berikan di atas adalah sound. Jika ada yang kurang berkenan silahkan kontak saya. Wahai para pencari jati diri, semoga dengan membaca postingan ini terbukalah pikiran kalian dan kepercayaan kalian memiliki landasan yang kuat. Semoga postingan ini memberi efek kepada tujuan awal blog ini yaitu "mencerdaskan kehidupan bangsa". Sehingga kita tidak terjebak dalam kesadaran palsu yang berujung pada tidakan diluar kemanusiaan.
Aku mau tanya untuk masalah premis pertama, sama kategori bahwa seduatu itu diciptakan.
BalasHapusAnda berpendapat bahwa realitas bersifat kompleks, harmonis dan dapat dipahami, karena ia diciptakan. Agak muter disini, karena orang yang menganggap realitas yang ada itu "tidak diciptakan" juga menganggap bahwa realitas itu dapat dipahami, kompleks dan harmonis, bukan karena diciptakan, tetapi karena hukum alam.
Lagipula, untuk apa mencontohkan dengan jam tangan, jika tendensi awal anda adalah alam semesta diciptakan yang berarti semua adalah keteraturan. Batu dan jam tangan sama2 teratur kalo menurut (penciptaan). Lalu Si ateis bilang: batu yang tidak diciptakanpun sudah merupakan harmoni alam, karena ia patuh pada hukum alam, sama teraturnya dengan jam tangan. Jadi dimana bedanya teori penciptaan dan tidak?
Bukan karena diciptakan. Tiga hal tersebut adalah kriteria sesuatu yang diciptakan. Ya diciptakan hukum alam, dan hukum alam eksis karena sang absolut yaitu Tuhan. Anda belajar termodinamika, hukum pertama sudah jelas bahwa sistem tertutup tidak akan menghasilkan apa-apa. Alam membutuhkan Tuhan.
HapusDefinisi teratur anda itu sempit. Teratur disini adalah harmoni perubahan oleh hukum alam. Ya emang hakikatnya tidak ada sesuatu yang tidak diciptakan ketika anda menyetujui eksistensi hukum alam.
Silogisme anda memang benar, logikanya benar, tp premisnya tidak empiris.
HapusMenarik premis bahwa Alam semesta adalah suatu yg diciptakan merupakan suatu pendekatan yg sangat absurd. Penciptaan merupakan definisi yg dibuat manusia atas barang yg di buat manusia untuk tujuan tertentu. Alam merupakan kumpulan dr fase perubahan, layaknya seperti evolusi bahkan sebelom proses bigbang dlm theory bigbang pun kita belom tau pasti bagaimana prosesnya. Kumpulan proses ini tidak bisa dikatakan suatu penciptan karena alam adalah sistem terutup, yg terjadi hanyalah transfer energi bukan transfer materi, materi yg ada ya memang susah ada, sesuatu yg ada tidak harus berawal dan akhir, awal dan akhir adalah definisi manusia. Bahkan mungkin saja bila kita terus mendalami proses sebelum bigbang akan ada tak hingga proses yg tak berujung.
hal ini tidak tertutup kemungkinan bahwa penjelasan saya diatas dapat menggugurkan argumen anda bahwa alam semesta belum tentu diciptakan.
Dan satu poin lagi alam tidaklah manuju keteraturan ingat Hukum Ternodinamika ke 3 alam semesta ini sistemnya tidak mendekati temperatur 0 mutlak, alam semesta terus mengembang dengan naiknya temperatur maka entropi akan naik, alam semesta menuju ketidakteraturan.
Bila premis anda tidak empiris atau pendekatannya terlalu sepihak maka premis tersebut tidaklah pantas digunakan. Dan pada intinya silogisme anda suatu yg logic namun tidak bisa dikatakan empiris.
Jadi saya punya alasan kuat untuk tidak percaya alam semesta ini diciptakan Tuhan, bila alam semesta ini diciptakan Tuhan maka Tuhan diciptakan juga oleh..
Silahkan isi sendiri
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus