Catatan Filsafat

WEBSITE BERISI CATATAN DAN ANALISIS TENTANG FILSAFAT, ILMU, PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, POLITIK, SOSIAL, BUDAYA, AGAMA, NILAI, DAN ETIKA
BY MUHAMMAD QATRUNNADA AHNAF
A.K.A. MQAHNAF

Full width home advertisement

Esai

Puisi

Post Page Advertisement [Top]

Mencerdaskan kehidupan bangsa bukanlah suatu hal yang mudah. Diperlukan usaha yang besar dan mental yang kuat untuk mewujudkannya. Tetapi pada tataran yang fundamental (mendasar, bagi yang otaknya belum memadai), kita harus bisa memahami apa itu kecerdasan. Lalu, dalam rangka mewujudkannya kita juga harus memahami bagaimana kecerdasan bisa dikembangkan.

Cerdas adalah tajam pemikiran. Lalu, pintar adalah pandai, cakap, atau mempunyai pengetahuan (silahkan buka KBBI untuk tujuan verifikasi). Sehingga perbedaannya orang yang masih dalam tataran pintar, dia hanya mengetahui tentang suatu hal. Sedangkan orang yang cerdas sudah mencapai tingkat pemahaman informasi serta megaitkan hubungan antara informasi satu dengan yang lain (coba cek perbedaan antara smart dan intelligence).

Sebenarnya tidak ada hubungan yang pasti antara cerdas dan pintar. Secara common sense (akal sehat), cerdas sudah tentu pintar namun pintar belum tentu cerdas. Untuk masalah hubungan antara cerdas dan akhlak, dapat dilihat mengapa dalam ilmu psikologi dibedakan beberapa kategori kecerdasan (sebagai tambahan informasi saja).

Lantas, kita lihat lelucon dari sekumpulan manusia yang tinggal di daerah yang bernama "Indonesia" ini. Mereka bilang ingin mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi sistem pendidikan yang di terapkan masih dalam taraf pengetahuan. Tidak diragukan lagi kenapa kita selalu juara olimpiade fisika, tetapi kontribusi kita terhadap perkembangan ilmu pegetahuan fisika sangatlah kecil.

Sekarang kita masuk pada titik yang krusial yaitu bagaimana kecerdasan dikembangkan. Kecerdasan dikembangkan dengan perlahan. Logika merupakan awal dari perkembangan kecerdasan. Dalam logika, kita diajarkan untuk mempunyai pemahaman mendasar serta menghubungkan pemahaman tersebut dengan pemahaman yang lain. Kecerdasan yang sudah tingkat advance (mahir), adalah dialektika. Dialektika mengajarkan prinsip tesis, anti-tesis, dan sintesis (yang tertarik silahkan membaca buku Madilog oleh Tan Malaka).

Meskipun logika dipelajari dalam matematika, akan tetapi tidak untuk dialektika. Satu-satunya hal yang mempelajari keduanya adalah Filsafat. Itulah mengapa Filsafat merupakan hal yang paling penting dalam pengembangan kecerdasan.

Bagaimanapun, tidaklah perlu menjadi sarjana bahkan hingga menjadi doktor filsafat agar menjadi cerdas. Faktanya, filsafat dapat di pelajari secara autodidak. Sayapun menyadari bahwa dialektika merupakan hal yang berat jika dipelajari secara autodidak, tetapi tidak untuk logika. Setidaknya, cobalah mempelajari dan menerapkan logika yang merupakan dasar dari perkembangan kecerdasan.
Semoga dengan penerus bangsa yang mempelajari dan menerapkan filsafat, atau setidaknya logika, dapat memenuhi tujuan bangsa yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan seperti itu, dimasa yang akan datang Indonesia bisa menjadi bangsa yang semakin dihormati di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib