Berikut akan dibahas mengenai pemikiran Aquinas:
Allah
Allah
Menurut Aquinas, Allah adalah “yang ada yang tak terbatas”
(ipsum esse subsistens). Ini juga berimplikasi pada bahwa Allah adalah zat yang
tertinggi dan mempunyai keadaan yang paling tinggi. Sehingga, Allah juga
merupakan penggerak dari yang tidak bergerak.
Manusia dan Dunia
Menurut Aquinas, terdapat dua tingkatan di Alam Semesta ini
yaitu Adikodrati (atas) dan Kodrati (bawah). Kodrati hanya dapat dipahami
dengan menggunakan akal. Namun, Kodrati kurang sempurna. Lalu disempurnakan
oleh Adikodrati. Ini berimplikai pada manusia adalah hidup Kodrati yang
dirahmati Allah sehingga menjadi sempurna.
Dosa
Ketika manusia jatuh dalam dosa, maka rahmat Allah akan
hilang. Ini menyebabkan manusia menjadi kurang sempurna. Juga, manusia tidak
dapat memenuhi hukum kasih tanpa rahmat dari sang Adikodrati. Rahmat Adikodrati
ditawarkan kepada manusia melalui gereja. Dengan bantuan rahmat dari
Adikodrati, manusia dikuatkan untuk dijaga keselamatannya dan memungkinkan
manusia di menangkan oleh Kristus.
Sakramen
Terdapat 7 sakramen. Namun, yang terpenting adalah ekaristi
(sacramentum sacramentorum). Rahmat Adikodrati disalurkan kepada orang lewat
sakramen. Gereja dipandang sebagai lembaga keselamatan dan tak akan pernah
salah. Juga, Paus memiliki kuasa tertinggi didalamnya.
Daya Jiwa
-Daya jiwa vegetatif: Penggantian zat dan pembiakan
-Daya jiwa yang sensitif: Memiliki keinginan
-Daya jiwa untuk menggerakkan: Jasad dapat bergerak untuk hal hal tertentu karena jiwa
-Daya jiwa untuk berpikir: Adanya jiwa mendorong manusia untuk berpikir
-Daya jiwa untuk mengenal: Proses identifikasi pada lingkungan dipengaruhi oleh jiwa
Kritik Terhadap Aquinas
Gordon H. Clark mengkritik bahwa Thomas Aquinas selalu tidak
memberikan definisi yang jelas. Seperti apa itu iman, akal, dan lain
sebagainya. Hal itu menyebabkan kerancuan dalam memahami pemikirannya.
Sumber: Prof. Dr. Armaidy Armawi
1. Masalah Wahyu (teologia) dan akal (filsafat)
Filsafat dikembangkan dengan akal, sedangkan teologi dengan wahyu/
iaman. Filsafat dan teologi berhubungan erat, namun tetap berdiri sendiri
dalam bidang masing-masing.
Iman adalah cara tertentu untuk mencapai pengetahuan yang mengatasi
akal, yang tak tertembus oleh akal.
Ada dua macam pengetahuan:
a. Pengetahaun alamiah, dengan akal terang, yang insani, inilah filsafat.
b. Pengetahuan iman, dengan wahyu ilahi, kitab suci inilah teologia.
Perbedaannya bahwa filsafat membahas bidang-bidang di kawasan alam,
sedangkan teologia membahas tentang misteri di luar alam. Persamaannya
bahwa filsafat dan teologia bersama-sama membahas tentang jiwa dan
Tuhan.
2. Teori materi-bentuk
Teori ini dikembangkan dan Aristoteles, Materi = potensi, disebut bakat.
Bentuk = aktus, disebut dengan realisasi. Materi ialah yang darinya muncul
sesuatu (subyek pertama), atau substansi yang ada dalam bentuk potensi.
Bentuk ialah aktus, yaitu cara berada segala yang jasmaniah (nyata).
Bentuk berubah materi (potensi) menjadi ada secara nyata (aktus).
3. Tuhan dan mahluk
a. Tuhan adalah Actus Purus (aktus murni). AdaNya sempurna tanpa
potensi.
Esensi (hakikat) dan eksistensi (wujud) Tuhan adalah identik. Pada
mahluk, eksistensinya merupakan tambahan pada esensinya, yang
mengikuti hubungan materi-bentuk.
b. Dasar penciptaan ialah creatio ex nihio, bukan emansi. Tiada dualisme
asasi antara Tuhan dan mahiuk. Mahluk berpartisipasi dalam wujud
Tuhan, artinya mendapat bagian dan wujud Tuhan.
4. Pembuktian adanya Tuhan
a. Pembahasan ini disebut Theologia naturalis. Metodenya hanya secara
“aposteoni”, tak mungkin “apniori” (ontologi) seperti pada Anselmus.
b. Lima jalan pembuktian (quinque vide)
- Dunia selalu bergerak, maka harus ada Penggerak
Pertama yang tak digerakkan, itulah Tuhan.
- Dunia ini terjadi menurut hubungan sebab-akibat, maka harus ada
Sebab Pertama, itulah Tuhan.
- Wujud dunia ini serba mungkin, maka harus ada wujud yang mutlak,
itulah wujud Tuhan.
- Wujud di dunia ini bertingkat-tingkat sampai mampu yang tertinggi
namun belum sempurna, maka harus ada tingkat maha tinggi, maha
sempurna, itulah Tuhan.
- Dunia ini digerakkan ke arah tujuan akhir secara teratur.
Oleh karena itu harus ada zat yang paling sempurna akalnya dalam
mengatur. ltulah Tuhan yang Maha Pengatur.
5. Masalah Universalia
a. Dasar: Nil in intellectu nisi prius sensu (tak ada sesuatu pada akal jika
tak ada pada indera lebih dahulu). Apa yang disentuh oleh indra
merupakan bahan untuk pengetahuan. Setelah diolah oleh akal, bahan
tersebut baru merupakan pengetahuan (ilmu).Pengetahuan adalah
wujud universalia.
b. Universalia yang mutlak ditangkap bukan hanya karena ada
persentuhan dengan indera, tetapi terutama setelah diolah oleh akal/
budi. Pengetahuan indera bersifat jasmani dan berubah-ubah
(indiviidualia). Pengerahuan akal bersifat rohani, umum dan tetap
(universalia).
Semoga dengan Artikel ini teman teman bisa mengerjakan ujian
dengan lancar. Good Luck!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar