Catatan Filsafat

WEBSITE BERISI CATATAN DAN ANALISIS TENTANG FILSAFAT, ILMU, PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, POLITIK, SOSIAL, BUDAYA, AGAMA, NILAI, DAN ETIKA
BY MUHAMMAD QATRUNNADA AHNAF
A.K.A. MQAHNAF

Full width home advertisement

Esai

Puisi

Post Page Advertisement [Top]

Metode Filsafat Henri Bergson (1859-1941)

            Ia seorang Yahudi dan ia mengajar di berbagai sekolah sejak muda. Ia sangat tertarik dengan filsafat Plotinos. Ia merasa ada suatu kontranaturalitas, terutama pada akhir hidupnya.

a. Filsafatnya

            Menurutnya, segala hal berakar pada dorongan hidup l’élan vital. Akan tetapi, ia melawan pandangan yang materialistik dan mekanistik. Meskipun begitu, ia memang mengakui bahwa di dalam manusia terdapat suatu vitalitas naluri secara biologis; terutama vitalitas spiritual. Vitalitas spiritual ini membuat manusia menjadi makhluk yang dinamis, inilah yang membuat manusia sampai pada penghayatan yang amat tinggi: ilmu, seni, kesusilaan dan agama.

            Filsafatnya bersifat spiritualistis, namun dengan cara yang ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, nama “mistisisme” tidak dapat dipakai untuk pemikirannya.

b. Metodenya

            Metodenya bergaya intuitif. Ia berpikir dalam bentuk gelombang yang dinamis. Metodenya digambarkan sebagai suatu gerakan yang dinamis; yang sesuai dengan kenyataan yang diselaminya.

Gambaran Menyeluruh

            Ia berpandangan bahwa seluruh kenyataan kosmis sebagai la durée yaitu keberlangsungan. Pandangan itu adalah suatu hal yang “apriori” dari segala metode dan konsepnya.

Intuisi Hidup

            Kedinamisan kosmis tersebut dapat dipahami jika subjek menyatu dengan objek, menjadi bagian dari objek. Menjadi bagian ini dilakukan dengan kesadaran penuh tanpa mengejar keuntungan atau disinterested, bersifat kontemplasi murni. Penyatuan ini adalah persepsi langsung yang sederhana, yang terdiri dari suatu kontak dan daya gabung.

            Metode ini menghasilkan pengertian yang mutlak. Hal tersebut dikarenakan objek ditangkap melalui dirinya sendiri, dengan demikian hakikat objek tetap utuh. “Menjadi” tidak berarti secara kualitatif yang melampaui ruang, namun merupakan kemajuan yang kualitatif; dengan tidak mengukur sesuatu, hanya menghadirkan suatu kemajuan yang tidak dapat dibagi-bagi. Dari serangkaian metodenya, ia hanya melukiskan pengamalan psikologis, mengungkap hidup seperti apa yang diungkapkannya; mengikuti arah gerakan kosmis.

Analisa membeku

            Intuisi tidak sekadar flash of insight yang sulit dijelaskan, namun merupakan suatu perilaku, act; usaha mental dan konsentrasi pikiran. Dengan demikian, pengalaman batin tersebut akan dijelaskan kembali oleh akal-budi; seakan terpisah dari objek, bergantung pada perspektif.

            Uraian akal-budi memang suatu konsep yang sistematis. Pengalaman batin tersebutlah yang disistematisasi sedemikian rupa hingga menjadi konsep yang kaku; seperti membuat seri foto dari suatu gerakan. Proses inilah yang ia namakan analisa.

Dialektik Kedua Pengertian

            Pengertian konseptual mengaburkan pengalaman otentik, bahkan menggantikannya. Maka sebuah uraian konseptual harus selalu takluk pada dinamik intuitif. Dengan penggambaran kenyataan aktual secara jelas dan terperinci, ia merekaulang pengalaman langsung. Ia menghidupkan élan yang abadi pada konsep-konsep.

            Bergson melakukan analisis secara terperinci, namun ia tidak mengakui ketepatan logis seperti yang diinginkan akal-budi. Ia mungkin bertolak dari konsep dalam keseharian, tetapi kemudian konsep-konsep tersebut akan menunjukkan arah dan jalan tanpa pernah memastikan diri. Mereka dapat mengartikan suatu jenjang yang lebih luas, dari yang materiil sampai yang spiritual; turun ke ranah alami-material sampai berhenti pada bidang anorganik, mereka naik dalam bidang-bidang rohan-manusiawi sampai padat dan tegang. Segala peralihan ini terjadi berangsur-angsur dan tidak mendadak. Konsep-konsep selalu bertegangan dengan oposisi binernya.

            Bergson menguraikan dinamik itu dengan konsep-konsep yang kontras, yang tidak dapat disesuaikan secara logis. Rumusan-rumusannya tidak memberikan kerangka stabil, namun hanya titik sokong dan titik istirahat bagi arus pikiran.

Simbolisme

            Bergson menggunakan banyak simbol demi menjelaskan dan mencairkan ‘visi’ dan ‘intuisi’. Simbol itu mempunyai dua peranan, pertama untuk menampakkan realitas tersembunyi, sebagai aspek konkret yang merupakan ‘gambaran’ intern  dan intuitif. Kedua adalah sebaliknya, simbol membantu seseorang mencapai intuisi. Simbol-simbol saling membatasi, namun pertentangan tersebut memaksa pengertian agar dapat mengatasi pertentangan tersebut. Pada Bergson, seperti pada Plotinos, simbol dan gambaran pada umumnya meliputi kegiatan, gerakan, usaha yang dinamis, hidup, élan dan mobilitas.

            Hidup bagaikan uap, seperti peluru yang meletus; Bergson menggunakan perumpamaan yang berbagai macam. Segalanya untuk memberikan pemahaman atas élan dan intuisi.

Kesimpulan

            Metode Bergson supra-intelektual, menjauhi logika dan menyerahkan diri pada kemurnian kenyataan (yang disebut Bergson “gerakan”). Bergson, berbeda dari Plotinos, ia tidak menginginkan kebekuan kontemplasi, namun ia mengimpikan dinamik yang bergelombang. Kesamaan mereka adalah kenaikan dari yang material kaku, menuju suatu spiritualitas bebas.


Catatan: dibuat bersama Aldo Muhes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib