Catatan Filsafat

WEBSITE BERISI CATATAN DAN ANALISIS TENTANG FILSAFAT, ILMU, PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, POLITIK, SOSIAL, BUDAYA, AGAMA, NILAI, DAN ETIKA
BY MUHAMMAD QATRUNNADA AHNAF
A.K.A. MQAHNAF

Full width home advertisement

Esai

Puisi

Post Page Advertisement [Top]

Metode Filsafat Thomas Aquinas (1225 – 1247)

            Thomas seorang biarawan dan imam yang menjadi murid Albertus Agung di Paris dan di Koln. Ia mengajar di Italia dan Paris seumur hidupnya. Pemikirannya dipengaruhi Aristoteles.

Filsafatnya

a. Filsafat dan Teologi

            Filsafat skolastik berkembang di sekolah-sekolah biara dan keuskupan, sehingga banyak filsufnya yang juga imam dan biarawan. Filsafat skolastik menyatukan filsafat dan teologi, begitu juga Thomas. Filsafat Thomas justru lebih otonom; hanya berdasarkan akal-budi manusia dan membahas manusia dan dunia. Sebagian besar karyanya merupakan komentar atas karya Aristoteles, dengan sintesis yang mencolok.

b. Gaya Filsafatnya

            Thomas adalah puncak filsafat abad pertengahan. Seperti Aristoteles, tidak ada mistisisme dalam filsafatnya, bahkan filsafatnya sangat sistematis dan metodis dengan penalaran logis dan bahasa yang spesifik. Ia hanya mencari kebenaran dan menghindari emosi dan fantasi.

Metodenya

            Metode skolastik sering disebut metode sintetis-deduktif, seperti kebanyakan filsafat dan ilmu pada saat ini. Di dunia barat karya logika Aristoteles sudah banyak dikenal, dan Thomas menyempurnakan metode aristotelian tersebut. Metode filsafat Thomas sangat berpusat pada metode pengajaran biara.

Suasana Pengajaran

            Metode skolastik adalah metode mengajar, tetapi memiliki hubungan erat dengan metode berpikir. Metode ini telah purna pada zaman Thomas dan mengandung dua bagian pokok.

Lectio

            Pemikiran seorang pemikir besar dijelaskan menggunakan logika dan filsafat Aristotelian. Tidak hanya ditafsirkan, namun juga dikomentari. Komentar berkenaan dengan hal-hal riil yang diajukan dalam teks itu, dan agar mudah dipahami, semua istilah dan ide dirumuskan, dibedakan, dan diuji dari segala segi. Segala argumen pro dan kontra diajukan agar mencapai pemahaman baru. Lectio biasa diadakan di pagi hari.

Disputatio

            Lectio pasti diikuti dengan disputatio yang diadakan pada siang hari, Thomas melakukannya dua kali seminggu. Disputatio meliputi debat dialektis mengenai persoalan yang ditemukan dalam teks, atau yang keluar daripada pembahasannya. Bentuknya teratur; soal (quaestio) yang diterangkan dosen, keberatan-keberatan (videtur quod non) diajukan oleh seorang mahasiswa, jawaban-jawaban (solutio) diberikan oleh seorang mahasiswa senior, kesimpulan (summarium dan determinatio) diberikan dosen dengan jawaban yang tepat atas segala keberatan.

            Disputatio luar biasa diadakan beberapa kali setahun, dan bersifat sangat terbuka. Thomas mahir dalam perdebatan pada disputatio luar biasa ini. Dalam debat, dua hal ditekankan: ordo disciplinae atau urutan tepat dalam mengajukan persoalan yang harus terjadi menurut ordo inventionis atau jalan penemuan; cara berpikir harus memenuhi aturan-aturan logika formal. Suasana disputatio membangun sifat kritis yang sehat dan cara berpikir otonom. 

Sistem Lengkap

Pikiran Sistematis

            Filsafat Thomas menampakkan rasionalisme dan sifat sistematis yang jelas. Sebagai prinsip organisasi intern Thomas menggunakan konsep Aristoteles tentang ilmu. Semua hal diterangkan menurut sebabnya. Pertanyaan perihal eksistensi, hakikat, kualitas, dan kausalitas dicari jawabannya; mekanik ilmu sangat diperhatikan. Mekanisme tersebut berlaku umum bagi ilmu-ilmu pada saat itu, sehingga belum muncul ciri khas dari berbagai ilmu pada zaman itu. Sistemnya yang sangat rapi dibandingkan dengan katedral gothic.

Bahasa   

            Bahasa Latin yang menyatukan berbagai ilmu menguntungkan filsafat skolastik. Istilah-istilah spesifik banyak dicari demi men-distingsi-kan gagasan-gagasan, bahkan hingga distingsi sekecil apapun.

            Tuduhan pada filsafat skolastik adalah verbalisme kering kerap terjadi. Filsafat skolastik dituduh suatu pemikiran tertutup, dan diabadikan melalui sistem hafalan belaka. Thomas menunjukkan bahwa bahasa teknis yang abstrak itu adalah usaha serius untuk memahami segala sesuatu menurut hakikatnya.

Jalan Pikiran

Titik-tolak tradisi

a. Umum

            Kebenaran dalam suatu hal harus ditinjau dari berbagai perspektif. Seperti Aristoteles, ia menekankan pada memahami pemikiran para pemikir besar terlebih dahulu sebelum membuat pendapat sendiri—seperti semangat dialektika Sokrates. Argumentasi pemikir besar tersebut di uji dari berbagai perspektif; dari perspektif orang lain terlebih dahulu, lalu mencoba untuk berpendapat sendiri.

b. Dua Macam Tradisi

            Thomas mencoba mendalami pemikiran Aristoteles sekaligus mengoreksinya. Terkadang ia mengambil seluruh pemikiran Aristoteles yang dianggapnya rasional dan berguna seperti logika. Selain itu, tradisi Platonik juga ia adopsi, meskipun tetap dalam kerangka berpikir Aristoteles. Ia mengkritik pemikiran Agustinus secara sopan dengan mengkritik pemikiran Plato.

c. Otonomi Berpikir

            Baginya, argumentasi kewibawaan adalah argumen yang paling lemah. Meski begitu, terlalu sombong dan mustahil jika membangun pemikiran sendiri tanpa terpengaruh dari pemikiran sebelumnya. Dengan demikian, ia tidak berhenti pada sekadar pemikiran yang kompilasi dan eklektis, ia memunculkan suatu pemahaman baru dari pemikiran lama tersebut.

Analisa

            Ia tidak melulu deduktif, ia juga melakukan proses induktif dengan mengambil kesimpulan dari contoh sederhana dan data-data konkret. Hal ini juga yang menyebabkan Thomas menolak epistemologi Plato dan Agustinus. Kenyataan yang dinamis di analisa menurut struktur umum dan pasti. Hasil dari penyimpulan tersebut, ia refleksikan lagi di kenyataan.

Deduksi

            Thomas jarang menggunakan silogisme yang lengkap, sering menggunakan pola entimem. Namun, tetap saja pola tersebut memenuhi pola logika Aristotelian.

a. Premis

            Premis adalah pernyataan yang mutlak benar, jelas dengan sendirinya, dan pasti diyakini (principium per se notum). Premis memiliki beberapa macam:

            aa. Definisi: premis yang predikatnya menyatakan hakikat subjek. Idealnya adalah genus et species. Meskipun begitu, dapat diberi sifat tertentu, sebab tertentu, maupun prinsip tertentu.

            ab. Self-evident: premis yang predikatnya adalah sifat mutlak subjek. Premis ini adalah premis yang tidak dapat dibantah, seperti jumlah tiga sudut segi tiga adalah 180 derajat.

            ac. Prinsip sekunder: premis ini adalah berisi prinsip metafisik yang bergantung pada bukti; masih bisa diperdebatkan.

b. Argumentasi

            Premis tidak membuktikan apapun secara eksistensial keberadaan riil suatu hal. Tentu hal tersebut membuktikan bukti riil di lapangan untuk membuktikan argumentasi. Terdapat dua metode pembuktian argumentasi: melalui sebab, dan; pembuktian melalui efeknya. Kesimpulan dikembalikan pada prinsip fundamental, setelah itu kepada data riil untuk membuktikan kesahihan argumentasi.

Perumpamaan dan simbol


            Thomas sangat menghindari perumpamaan dan analogi. Itu karena ia menganggap hal tersebut sebagai kelemahan dalam berargumentasi. Ia sepakat pada pendapat Aristoteles untuk menggunakan istilah yang tepat dan eksak—dari pada seperti Plato yang metaforis.

Catatan: dibuat bersama Aldo Muhes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib