Baru-baru ini terjadi pemilihan dimana-mana, mulai dari pemilihan kepala daerah sampai pemilihan presiden mahasiswa di lingkungan saya berkuliah (sebut saja UGM). Jargon-jargon politik dikumandangkan, setiap calon mempromosikan diri mulai dari adu visi, adu keuangan dan adu kecerdasan. Semuanya ingin merebut kekuasaan, sebab ada tiga benefit menurut Mark Van Vugt dan Anjana Ahuja dalam bukunya yang berjudul Natural Leader. Benefit yang ditawarkan adalah : 3S (Salary/gaji, status, dan sex).
Ada pernyataan yang menarik dari Karl Popper dalam bukunya The Open Society and Its Enemies. Beliau berargumen bahwa, begitu pertanyaan "siapa yang harus memimpin?" diajukan, sulit untuk menghindari jawaban semacam "yang terbaik" atau "yang terbijak" atau "pemimpin alami"... Namun, jawaban semacam itu, walaupun mungkin kedengaran meyakinkan, tidaklah begitu berguna, karena siapa pula yang akan menganjurkan kepemimpinan "yang terburuk" atau "yang tertolol" atau "budak alami". Ada banyak teori kepemimpinan, dan izinkanlah saya membahas tiga teori kepemimpinan yang saya ambil dari buku Natural Leader.
1. Teori Tokoh Besar (Great Man Theory)
Kerangka teori yang bertahan seabad silam, yang menyatakan bahwa pemimpin yang hebat itu dilahirkan, bukan diciptakan. Menurut para pendukung teori ini, beberapa orang muncul ke atas panggung dunia untuk merancang suatu tindakan pengubah zaman, dan karenanya mempengaruhi jalannya sejarah (contoh: Winston Churchill atau Alexander Agung).
Teori yang dipopulerkan oleh Thomas Carlyle, seorang ahli sejarah dan pemikir Skotlandia abad ke-19 dalam bukunya On Heroes, Hero Worship and the Heroic in History. Carlyle menyatakan: "sejarah mengenai pencapaian manusia di dunia ini pada dasarnya adalah Sejarah Tokoh-Tokoh Besar yang telah berkarya di sini". Namun bukan hanya Carlyle yang mendukung fokus biografi dalam kepemimpinan: Plutharkhos cendekiawan Yunani abad kedua juga berpandangan sama.
Teori kepemimpinan Tokoh Besar menyatakan bahwa seorang individu yang menonjol muncul pada saat kritis dan menggiring bangsa menuju kemenangan, atau menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan. Beberapa pengamat juga mencatat sosok pemimpin agma seperti Yesus Kristus, Nabi Muhammad, dan Buddha selaras dengan teori Tokoh Besar.
Teori Tokoh Besar juga memiliki kekurangan. Beberapa Tokoh besar ternyata hanya orang biasa hampir di sepanjang hidup mereka (Nabi Muhammad hanya seorang penggembala sebelum diangkat memjadi Rasul). Beberapa orang hanya memperlihatkan kehebatan dalam kondisi tertentu; gagasan ini, peristiwalah yang menciptakan pemimpin, bukan sebaliknya. Riset pada tahun 1940-an dan 1950-an menyatakan bahwa kehebatan bisa disamakan dengan sekumpulan ciri kepribadian, misalnya: integritas, kecerdasan, dan kepercayaan diri. Siapa saja dengan ciri-ciri yang tepat dapat menjadi pemimpin.
2. Teori Sifat (Trait Theory)
Teori yang merupakan suatu kritik pada teori Tokoh Besar yang dikemukakan oleh Profesor Edwin Boring pada tahun 1950. Pada saat itu para periset mulai merinci atribut-atribut apa saja yang tampaknya membedakan pemimpin dengan orang biasa. Atribut yang mencakup kecerdasan, ekstroversi dan ambisi. Namun, seiring maraknya riset menyebabkan sifatnya terus bertambah, dan terungkap bahwa ketiadaan beberapa sifat tidak secara otomatis membuat orang tak bisa mencapai posisi kepemimpinan.
Analisis sistematis mengenai sifat dan keahlian yang dilakukan pada tahun 1970 menyaring jumlah sifat "kepemimpinan" seperti ketegasan, dominasi, energi, kepercayaan diri, kegigihan, kewaspadaan, dan ambisi. Tes kepribadian berulang kali menunjukan bahwa pemimpin biasanya sangat cerdas, ambisius, ramah, dan seringkali memimpin dalam berbagai bidang. Tapi, menurut Mark Van Vugt sifat tersebut kemungkinan besar diwariskan dengan argumen seorang kembar identik saling berbagi 100 persen gen mereka, dan saling menunjukan kesamaan lebih banyak dalam sifat-sifat dibanding kembar tidak identik yang hanya berbagi 50 persen gen.
Selaras dengan teori kepemimpinan evolusioner yang menyatakan bahwa kepemimpinan dan kepengikutan adalah prilaku spesifik dengan komponen yang diwariskan. Singkatnya bahwa hanya manusia dengan kemampuan kepemimpinan dan/atau kepengikutanlah yang mampu bertahan hidup untuk memiliki anak, dan bahwa setiap generasi berikutnya, termasuk generasi kita membawa jejak psikologis leluhur yang terasah halus.
3. Teori Psikoanalisis
Freud, percaya bahwa kelompok bisa dibandingkan dengan keluarga, dan pemimpin memegang peran sebagai ayah "klan primitif" itu. Karena itulah pemimpin menjadi inti identitas kelompok. Freud percaya pengalaman masa kecil dan dinamika keluarga menentukan perilaku kepemimpinan; beberapa pemimpin ingin menandingi ayah mereka yang hebat sedangkan yang lainnya berjuang meraih kehebatan untuk menggantikan ketidakhadiran ayah.
Freud juga percaya bahwa hubungan keluarga sangat penting untuk membina perkembangan dan kelangsungan hidup anak sehingga memunculkan karisma bagi seorang pemimpin.
Tema kebapakan juga menonjol dalam pemikiran kepemimpinan modern, beberapa pakar berteori bahwa kesuksesan luar biasa berasal dari perjuangan untuk meraih persetujuan atau pengakuan sari seorang ayah. Fakta bahwa Barack Obama nyaris tidak mengenal ayahnya. Larry Ellison, CEO Oracle yang tidak mengenal identitas ayah biologisnya; setelah berusia dua belas tahun, barulah Ellison tahu bahwa dia diadopsi.
Begitulah kira-kira penjabaran tiga teori yang ada di dalam buku Natural Leader. Namun, masih banyak teori lain di dalam buku tersebut yang belum saya bahas. Sejatinya kita semuanya ingin menjadi pemimpin namun tidak pernah bertanya "mengapa harus ada pemimpin?". Dan izinkanlah saya bertanya motivasi Anda untuk jadi pemimpin itu harta, tahta, wanita, atau malah ketiganya?
Oleh: Muhammad Nur Alam Tejo
Oleh: Muhammad Nur Alam Tejo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar