“apa? Sampo? Itu sabun? Kenapa ada di rambutmu?”
“ini jenis sabun khusus untuk rambut”
-Jia sebuah kisah dari korea utara, Hyeijin Kim
Katak di dalam tempurung, seuah periahasa lama yang selalu
di gunakan Guru SD sebagai soal pada bab PERIBAHASA. Katak di dalam tempurung
apakah sama dengan dengan gua plato? Ataukah itu mencerminkan kebebasan kita
sebagai manusia yang hanya hidup dalam ruang dan rutinitas yang itu-itu saja. Bangun,
sarapan, mandi, ngampus, mabuk, pulang, tidur, dan di uangi terus sampai Lulus
atau sudah tak bisa menempuh pendidikan lagi. Rutinitas di jalani terus menerus
sehingga kadang muncul “urip kok ming ngono wa tekan suk modar” atau dalam
bahasa indo nya “hidup kok begitu aja sampai mati” pernahkah ada terbesit
kebebasan untuk memilih? Memilih rutinitas yang lain? Atau add-on supaya tidak
terlihat membosankan, sedikit celah alternatif yang jarang kita cari mungkin?
Kutipan JIA diatas mungkin salah satu penggambaran Tempurung
katak yang retak, melihat dunia luar yang satu sisi, kerak yang menghadirkan
sinar matahari yang indah hanya dalam satu sisi. Indah? Ya untuk untuk beberapa
lama, kegamuman yang sementara jelas iya. Kerak yang kadang kita temukan tak
sengaja itulah yang mngkin membuat prinsip kita menjadi berubah, piliha yang
sudah tetap antara bangun dan tidak, ngampus atau Titip Absen, semua yang biasa
nya ada 2 atau lebih menjadi bertambah dan kedilemaan dengan meninggalkan jalan
hidup lama menjadi sebuah masalah. Masalah sederhana, antara di pilih atau
tidak, yang membuat rumit adalah prasangka akan yang terjadi baik atau buruk
selalu menghantui.
Apalagi kalau bicara masalah perempuan, tinggalkan yang kau
sudah tunggu lama? Atau memulai yang baru dengan masa depan yang tak tentu? Padahal
yang lama pun belum tentu bisa membawa kebahagian yang baik dan indah ke hidup
kita. Tinggalkan saja, ya, kalau kau sanggup dengan hinaan ‘gitu aja kok nyerah’.
Kebebasan memilih akan selalu di batasi dengan kemampuan kita sebagai manusia,
basi memang, lalu apakah ada kebebasan yang absolut? Ada, dan dimiliki orang
ganteng dan kaya! Hehehehehe, tidak begitu juga, kebebasan yang BEBAS, dengan
ejaan B-E-B-A-S jelas akan ada, kalau kita sebagai pribadi mampu tau
konsukuensi dan batasan diri itu hilang sehilang-hilang nya, kapan itu terjadi?
Ya kalau sudah mampu melakukan hal yang saya tulikan sebelum komat itu.
Hakikat manusia itu bebas, baik pribadi maupun kelompok, dan
ya itu adalah kalimat pernyataan basi yang di ucapka remaja ababil ketika kelas
2-3 SMA. Hakikat manusia itu bebas tapi kita membatasinya sendiri, lalu
bagaimana jadinya apabila manusia sudah benar-benar bebas? Apakah mesias akan
turun? Isa almasih turun? Atau bagaimana?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar