Sandal jepit pada umumnya digunakan sebagai alas untuk melindungi kaki dari berbagai jenis gangguan seperti batu, paku, pecahan kaca yang dapat menggangu saat berjalan. Saat berbicara tentang sandal jepit, pikiranku tiba-tiba melayang jauh dan teringat tentang sandal jepit Ibuku. Sesuatu yang aneh sekaligus mengharukan bagi diri saya pribadi, suatu kisah yang ingin saya utarakan pada essay ini.
Suatu ketika terkenang saat Ibuku terburu-buru saat bergegas menuju masjid untuk mengikuti shalat tarawih, maklum saja saat itu adalah hari pertama shalat tarawih dilaksanakan untuk memperingati bahwa esok sudah resminya umat muslim berpuasa, diambilnya sandal jepit yang baru ia beli tadi pagi di pasar. Dengan terburu-buru ia berjalan dan aku hanya bisa mengamatinya dari kejauhan. Seperti pada umumnya suasana di masjid-masjid pada awal sholat tarawih yang penuh sesak oleh jamaah yang sedang penuh euforia memasuki bulan ramadhan.
Apa yang terjadi selanjutnya, ketika Ibuku ingin pulang ke rumah yang terjadi adalah sandal jepit barunya menghilang alhasil Ibuku pulang dengan keadaan nyeker. Saat ia memasuki rumah, kulihat ada becak darah di lantai, dan ketika ditelusuri ternyata darah tersebut berasal dari kaki Ibuku yang terkena serpihan kaca atau beling ketika ia sedang dalam perjalanan menuju ke rumah. Disaat itulah terbersit dipikiran ngawurku bahwa aku ingin menjadi sandal jepit untuk Ibuku.
Keiinginan menjadi sandal jepit bukanlah tanpa alasan. Alasan-alasan yang menurutku cukup logis dan rasional adalah ketika aku menjadi sandal jepit Ibuku, aku secara otomatis dapat melindungi kaki Ibuku yang merupakan sumber pahala yang menjadi syarat masuknya seseorang ke surga atau ke neraka. Seperti perkataan orang-orang terdahulu bahwa surga itu ada ditelapak kaki Ibu. Dengan terlindunginya kaki Ibuku oleh diriku yang berubah menjadi sandal jepit, aku juga dapat merasakan sakitnya Ibuku ketika mengandung yang aku analogikan seperti sandal jepit yang harus menginjak batu-batu kerikil yang tajam, kotoran hewan yang berserakan dijalan, belum lagi ketika sendal itu tiba-tiba terputus ditengah jalan. Alasan selanjutnya mungkin tidak logis dan cenderung manja bagi mahasiswa biasa, alasan aku ingin menjadi sandal jepit bagi Ibuku adalah kita aku bisa dekat dengan Ibuku secara langsung dan melindunginya dari jenis gangguan yang mungkin sepele.
Mungkin essay tersebut lebih mewakili perasaan rinduku pada Ibuku di rumah, mudah-mudahan beliau diberi kesehatan dan umur yang panjang agar tidak putus sumber doa yang paling ampuh bagi anaknya ini. Izinkan saya mengakhiri essay saya ini dengan sebuah puisi tentang sandal jepit.
Sandal Jepit untuk Ibu
Aku ingin menjadi sandal untukmu
Yang melindungi kaki sucimu dari kerikil kehidupan
Yang menjaga kaki sucimu dari kotoran busuk mulut-mulut yang mencelamu
Yang pertama kali terkena sayatan paku orang-orang yang membencimu
Yang melindungi kaki sucimu dari kerikil kehidupan
Yang menjaga kaki sucimu dari kotoran busuk mulut-mulut yang mencelamu
Yang pertama kali terkena sayatan paku orang-orang yang membencimu
Izinkan Aku jadi sandal jepitmu, Ibu..
Agar diri ini tahu rasanya tergores saat Aku membangkang setiap perintahmu
Agar diri ini sadar betapa terlukanya saat Aku membentak dirimu itu
Agar diri ini malu saat Aku sudah mengecewakan harapan besarmu
Agar diri ini tahu rasanya tergores saat Aku membangkang setiap perintahmu
Agar diri ini sadar betapa terlukanya saat Aku membentak dirimu itu
Agar diri ini malu saat Aku sudah mengecewakan harapan besarmu
Sandal jepit ini adalah baktiku untukmu Ibu
Yang saat ini merindu saat raga ini jauh dari dirimu
Ku harap sandal ini menemani langkah sucimu
Saat pergi ke masjid lalu mendoakan anak sulungmu ini
07 September 2015
Karya : Muhammad Nur Alam Tejo
Yang saat ini merindu saat raga ini jauh dari dirimu
Ku harap sandal ini menemani langkah sucimu
Saat pergi ke masjid lalu mendoakan anak sulungmu ini
07 September 2015
Karya : Muhammad Nur Alam Tejo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar