Muktazilah
Kaum Muktazilah merupakan suatu kaum yang
berpandangan bahwa: seorang Muslim yang berdosa besar, dia bukan mukmin maupun
kafir. Namun, statusnya masih Muslim, akan tetapi fasik.
Terdapat lima dasar (al-Ushl al-Khamsyah) ajaran dari Muktazilah,
yaitu: (1) Ke-Esa-an Allah (al-Tauhid),
dimana Allah adalah tunggal—sifat-Nya adalah zat-Nya, zat-Nya adalah sifat-Nya.
Hal ini berdampak pada perdebatan mengenai Al-Quran, apakah Al-Quran adalah
makhluk. Dengan menggunakan statemen pertama, jelas bahwa Allah itu tunggal dan
terpisah dari Al-Quran sehingga Al-Quran jelas merupakan makhluk. Selain itu,
berdasarkan sifat Allah yang tunggal, berdampak pula bahwa Allah tidak akan
pernah dapat dilihat meski di akhirat, karena jika Allah dapat dilihat maka
Allah menjadi tidak tunggal lagi, ketunggalan Allah yang membedakan Dia dengan
makhluk-Nya; (2) Keadilan Allah (al-‘Adl),
dimana Allah pasti memberi imbalan pada manusia sesuai dengan perbuatannya
masing-masing. Hal tersebut berimplikasi bahwa manusia menciptakan takdirnya
sendiri, sehingga manusia dihisab karena perbuatannya sendiri; (3) Janji dan
ancaman (al-Wa’d wa al-Wa’id), Allah
tidak akan pernah ingkar janji. Orang yang baik pasti akan mendapat pahala,
orang yang jahat pasti mendapat siksa (dosa); (4) Posisi di antara dua posisi (al-Manzilah Baina al-Manzilatain),
status manusia adalah berada di antara dua posisi: mukmin dan kafir, sehingga
manusia berada di dua posisi tersebut secara bersamaan. Satu-satunya zat yang
mengetahui dengan pasti apakah seseorang itu mukmin maupun kafir adalah Allah; (5)
Menyerukan kebaikan dan mencegah keburukan (al-Amr
bil al-Ma’ruf wa al-Nahyi ‘an al-Munkar).
Kendati demikian, pemikiran kaum Muktazilah
kurang diterima oleh orang banyak. Hal tersebut dikarenakan kaum Muktazilah melakukan
pengagungan akal, bahwa akal lebih bak daripada tradisi yang telah ada. Selain itu,
alasan lainnya adalah dalam hal menginterpretasikan Al-Quran. Kaum Muktazilah terlalu
bebas dalam menginterpretasikan Al-Quran, sehingga meragukan dan dapat menyimpang
sangat jauh dari makna sesungguhnya.
Al-Kindi
Al-Kindi memiliki nama lengkap Abu Yousuf Yaqub
ibn Ishaq al-Kindi. Pemikiran Al-Kindi, didukung oleh: Makmun, Muktasim dan Wasiq. Pemikiran Al-Kindi adalah memadukan
filsafat dan agama. Baginya, filsafat dan agama sama-sama menggunakan akal dan
merupakan pengetahuan yang benar, sehingga dapat dipadukan dan tidak
kontradiksi.
Dari penjelasan di atas, jelas bahwa
filsafat sama sekali tidak bertentangan dengan Al-Quran. Sebaliknya, Islam
mewajibkan belajar Tauhid dengan metodologi yang filosofis. Maka dari itu: Ilmu
agama merupakan bagian dari filsafat; Wahyu dan filsafat saling bersesuaian;
Filsafat diperintahkan agama.
Dalam bidang metafisika, Al-Kindi berpendapat
bahwa: Tuhan adalah the first Truth;
Tuhan tidak tersusun dari materi maupun bentuk, tidak ada amiah (benda), mahiyah
(esensi) dan wujudiyah (eksistensi)
di alam semesta; Tuhan berbeda dengan makhluk-Nya, karena pencipta tidak
termasuk di dalam ciptaannya; Tuhan bukan merupakan genus maupun spesies; Tuhan
adalah tunggal (esa).
Al-Kindi tidak mendukung dan
menjunjung tinggi filsafat, namun beliau bersikap netral dan hanya memadukan
agama dan filsafat. Agama mengajak untuk mencari kebenaran dari sumber manapun
dan filsafat adalah salah satu caranya. Selain itu, Al-Quran sesuai dengan
filsafat, sehingga metode dalam menafsirkan Al-Quran yang cocok baginya adalah
dengan cara takwil yaitu tafsir
dengan memakai rasio, filosofis.
Dia menegaskan bahwa jangan pernah
takut kepada pemimpin yang mengklaim secara rancu bahwa filsafat adalah sesat. Hal
tersebut telah ditunjukkan oleh Al-Quran bahwa mereka seperti pemimpin Bani
Quraish, mengklaim Muhammad sesat karena takut kekuasaannya hilang. Sesungguhnya
mereka adalah pemimpin yang gila kekuasaan.
Baginya, filsafat itu terdapat tiga
bentuk: fisika, metafisika, matematika. Hal tersebut dikarenakan filsafat pada
saat dahulu masih belum berkembang seperti sekarang: ontologi, epistemologi,
aksiologi. Selain itu, dia berpandangan bahwa filsafat adalah ilmu ilahi, ilmu
langit, ilmu yang terberkati.
Al-Kindi juga memiliki konsep
ketuhanan sendiri: Tuhan adalah sesuatu yang Esa (tunggal); Tuhan adalah
sesuatu yang abadi; Tuhan adalah sesuatu yang Nir-batas dan Ni-wihara (tidak terbatas
dan tidak berubah, yang mana sifat terbatas dan berubah merupakan ciri-ciri
makhluk).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar