Catatan Filsafat

WEBSITE BERISI CATATAN DAN ANALISIS TENTANG FILSAFAT, ILMU, PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, POLITIK, SOSIAL, BUDAYA, AGAMA, NILAI, DAN ETIKA
BY MUHAMMAD QATRUNNADA AHNAF
A.K.A. MQAHNAF

Full width home advertisement

Esai

Puisi

Post Page Advertisement [Top]


Muktazilah
            Kaum Muktazilah merupakan suatu kaum yang berpandangan bahwa: seorang Muslim yang berdosa besar, dia bukan mukmin maupun kafir. Namun, statusnya masih Muslim, akan tetapi fasik.
            Terdapat lima dasar (al-Ushl al-Khamsyah) ajaran dari Muktazilah, yaitu: (1) Ke-Esa-an Allah (al-Tauhid), dimana Allah adalah tunggal—sifat-Nya adalah zat-Nya, zat-Nya adalah sifat-Nya. Hal ini berdampak pada perdebatan mengenai Al-Quran, apakah Al-Quran adalah makhluk. Dengan menggunakan statemen pertama, jelas bahwa Allah itu tunggal dan terpisah dari Al-Quran sehingga Al-Quran jelas merupakan makhluk. Selain itu, berdasarkan sifat Allah yang tunggal, berdampak pula bahwa Allah tidak akan pernah dapat dilihat meski di akhirat, karena jika Allah dapat dilihat maka Allah menjadi tidak tunggal lagi, ketunggalan Allah yang membedakan Dia dengan makhluk-Nya; (2) Keadilan Allah (al-‘Adl), dimana Allah pasti memberi imbalan pada manusia sesuai dengan perbuatannya masing-masing. Hal tersebut berimplikasi bahwa manusia menciptakan takdirnya sendiri, sehingga manusia dihisab karena perbuatannya sendiri; (3) Janji dan ancaman (al-Wa’d wa al-Wa’id), Allah tidak akan pernah ingkar janji. Orang yang baik pasti akan mendapat pahala, orang yang jahat pasti mendapat siksa (dosa); (4) Posisi di antara dua posisi (al-Manzilah Baina al-Manzilatain), status manusia adalah berada di antara dua posisi: mukmin dan kafir, sehingga manusia berada di dua posisi tersebut secara bersamaan. Satu-satunya zat yang mengetahui dengan pasti apakah seseorang itu mukmin maupun kafir adalah Allah; (5) Menyerukan kebaikan dan mencegah keburukan (al-Amr bil al-Ma’ruf wa al-Nahyi ‘an al-Munkar).
            Kendati demikian, pemikiran kaum Muktazilah kurang diterima oleh orang banyak. Hal tersebut dikarenakan kaum Muktazilah melakukan pengagungan akal, bahwa akal lebih bak daripada tradisi yang telah ada. Selain itu, alasan lainnya adalah dalam hal menginterpretasikan Al-Quran. Kaum Muktazilah terlalu bebas dalam menginterpretasikan Al-Quran, sehingga meragukan dan dapat menyimpang sangat jauh dari makna sesungguhnya.

Al-Kindi
            Al-Kindi memiliki nama lengkap Abu Yousuf Yaqub ibn Ishaq al-Kindi. Pemikiran Al-Kindi, didukung oleh: Makmun, Muktasim dan Wasiq. Pemikiran Al-Kindi adalah memadukan filsafat dan agama. Baginya, filsafat dan agama sama-sama menggunakan akal dan merupakan pengetahuan yang benar, sehingga dapat dipadukan dan tidak kontradiksi.
            Dari penjelasan di atas, jelas bahwa filsafat sama sekali tidak bertentangan dengan Al-Quran. Sebaliknya, Islam mewajibkan belajar Tauhid dengan metodologi yang filosofis. Maka dari itu: Ilmu agama merupakan bagian dari filsafat; Wahyu dan filsafat saling bersesuaian; Filsafat diperintahkan agama.
            Dalam bidang metafisika, Al-Kindi berpendapat bahwa: Tuhan adalah the first Truth; Tuhan tidak tersusun dari materi maupun bentuk, tidak ada amiah (benda), mahiyah (esensi) dan wujudiyah (eksistensi) di alam semesta; Tuhan berbeda dengan makhluk-Nya, karena pencipta tidak termasuk di dalam ciptaannya; Tuhan bukan merupakan genus maupun spesies; Tuhan adalah tunggal (esa).
            Al-Kindi tidak mendukung dan menjunjung tinggi filsafat, namun beliau bersikap netral dan hanya memadukan agama dan filsafat. Agama mengajak untuk mencari kebenaran dari sumber manapun dan filsafat adalah salah satu caranya. Selain itu, Al-Quran sesuai dengan filsafat, sehingga metode dalam menafsirkan Al-Quran yang cocok baginya adalah dengan cara takwil yaitu tafsir dengan memakai rasio, filosofis.
            Dia menegaskan bahwa jangan pernah takut kepada pemimpin yang mengklaim secara rancu bahwa filsafat adalah sesat. Hal tersebut telah ditunjukkan oleh Al-Quran bahwa mereka seperti pemimpin Bani Quraish, mengklaim Muhammad sesat karena takut kekuasaannya hilang. Sesungguhnya mereka adalah pemimpin yang gila kekuasaan.
            Baginya, filsafat itu terdapat tiga bentuk: fisika, metafisika, matematika. Hal tersebut dikarenakan filsafat pada saat dahulu masih belum berkembang seperti sekarang: ontologi, epistemologi, aksiologi. Selain itu, dia berpandangan bahwa filsafat adalah ilmu ilahi, ilmu langit, ilmu yang terberkati.
            Al-Kindi juga memiliki konsep ketuhanan sendiri: Tuhan adalah sesuatu yang Esa (tunggal); Tuhan adalah sesuatu yang abadi; Tuhan adalah sesuatu yang Nir-batas dan Ni-wihara (tidak terbatas dan tidak berubah, yang mana sifat terbatas dan berubah merupakan ciri-ciri makhluk). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib