Catatan Filsafat

WEBSITE BERISI CATATAN DAN ANALISIS TENTANG FILSAFAT, ILMU, PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, POLITIK, SOSIAL, BUDAYA, AGAMA, NILAI, DAN ETIKA
BY MUHAMMAD QATRUNNADA AHNAF
A.K.A. MQAHNAF

Full width home advertisement

Esai

Puisi

Post Page Advertisement [Top]


Problematika akan selalu muncul ketika mencoba memahami apa itu manusia. Lantas, bagaimana memahami eksistensi manusia? Sementara pengalaman sehari-hari banyak mengungkapkan bahwa manusia memiliki dua aspek yang ada di dalamnya, yaitu jasmani – rohani, badan – jiwa. Dengan begitu, apakah ketika hanya terdapat badan saja atau jiwa saja maka hal tersebut bukan manusia? Bagaimana sesungguhnya kedudukan dan hubungan antara kedua hal tersebut? Apakah jiwa yang menguasai badan atau badan yang menentukan jiwa? Lebih dalam lagi, bagaimana pengaruh keduanya dalam memandang alam? apakah ada jiwa yang lain? bagaimanakah kondisi jiwa, berubah atau tetap? Lalu, bagaimana perihal kesadaran yang disebut-sebut sebagai hal yang manusiawi? Atau jangan-jangan robot pun dapat lebih manusiawi dari manusia?

Dalam menjawab pertanyaan di atas, terdapat dua perspektif: dualisme dan monisme. Dalam perspektif dualisme dimulai oleh Cartesian: bahwa di dalam manusia terdapat dua unsur yaitu res cogitan (jiwa atau akal) dan res extanza (tubuh atau materi). Lalu dari pandangan tersebut muncullah dua aliran: interaksionisme (pandangan bahwa jiwa dan badan adalah hal yang terpisah, berbeda, dan saling berinteraksi) dan paralelisme (pandangan bahwa jiwa dan badan tidak terikat satu sama lain dan berjalan secara bersamaan, tidak berinteraksi.

Perspektif monisme sendiri menolak pandangan dualisme dan lebih menekankan pada salah satu hal. Fisikalisme atau materialisme berpandangan bahwa yang ada hanyalah materi atau tubuh, dan manusia dapat dijelaskan melalui sisi materi saja, sehingga realitas hanyalah materi. Sementara itu, terdapat pandangan idealisme di mana yang ada hanyalah jiwa, spirit, akal, atau aktivitas mental saja, sehingga realitas dibentuk oleh sesuatu yang immaterial.

Dalam mengatasi dua hal tersebut terdapat pandangan fenomenologis terhadapnya, yaitu jiwa yang menubuh dan tubuh yang menjiwa. Dengan demikian, secara ontologis semua aspek manusia tersebut diterima sebagai sesuatu yang secara ontis sejajar, saling mengandaikan, saling membentuk.

Dapat disimpulkan, tidak ada kegiatan manusia yang terjadi tanpa pengaruh badan, namun sekaligus kegiatan khas manusiawi juga tidak secara kuat dapat dipahami maupun dijelaskan dengan pengandaian-pengandaian materiil saja. Dengan demikian, materi saja tidak mampu mencapai taraf kegiatan yang khas manusiawi.

Sumber: materi yang diberikan oleh S.S Septiana Dwi Putri Maharani M.Hum di kelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib