Catatan Filsafat

WEBSITE BERISI CATATAN DAN ANALISIS TENTANG FILSAFAT, ILMU, PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, POLITIK, SOSIAL, BUDAYA, AGAMA, NILAI, DAN ETIKA
BY MUHAMMAD QATRUNNADA AHNAF
A.K.A. MQAHNAF

Full width home advertisement

Esai

Puisi

Post Page Advertisement [Top]



Ruang lingkup atau objek yang dikaji, dapat dibagi menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal. Objek materialnya adalah moralitas implisit dari peradaban besar lintas zaman yang dipetakan secara etika normatif. Sementara itu, objek formalnya adalah sudut pandang etika yang telah dipetakan dalam sistem etika normatif, baik sistem K. Bertens, maupun Sonikeraf.

Berbicara tentang etika tentu harus dibedakan dengan moralitas. Perbedaannya jelas terlihat pada sudut pandangnya. Etika merupakan kajian kritis bagaimana manusia bertindak dalam situasi yang konkret, dengan kata lain etika ini dapat dinamai sebagai filsafat moral. Sementara itu, moralitas adalah pandangan hidup seseorang maupun masyarakat, di mana pandangan hidup ini dipercayai sebagai hal yang dapat menjadi acuan dalam menjalani hidup.

Sistem pendekatan etika normatif yang dipakai etika sendiri terdapat dua macam, yaitu pendapat K. Bertens dan pendapat Sonikeraf. Menurut K. Bertens, terdapat dua kategori etika, yaitu etika kewajiban dan etika keutamaan. Etika kewajiban adalah etika yang berbentuk prinsip maupun aturan moral yang berlaku untuk perbuatan manusia. Etika kewajiban fokus kepada apa yang dilakukan oleh manusia. Tolak ukurnya memakai skala prioritas, di mana menilai kelakuan manusia secara moral dengan berpegangan dengan norma dan prinsip moral. Sementara itu, etika keutamaan fokus kepada pembahasan mengenai keutamaan atau “virtue.” Virtue merupakan watak manusia, dengan kata lain, etika ini menilai manusianya, bukan perilakunya.

Menurut Sonikeraf, terdapat tiga kategori etika, yaitu etika deontologis, teleologis, dan keutamaan. Etika deontologis adalah nama lain dari etika kewajiban. Sementara etika teleologis adalah etika yang fokus kepada perilaku, namun tolak ukurnya adalah efek atau konsekuensi yang dihasilkan dari perilaku tersebut. Dengan demikian, etika ini bersifat situasional dan subjektif.


Terdapat dua macam etika teleologis, yaitu egoisme etis dan utilitarian. Egoisme etis memakai tolak ukur konsekuensi bagi pelaku, semakin baik ketika efek yang di terima oleh pelaku semakin berkualitas. Sementara itu, utilitarian memakai tolak ukur konsekuensi bagi korban. Konsekuensi bagi korban dapat dilihat secara kualitas maupun kuantitas. Secara kualitas berarti seberapa berkualitasnya efek yang diterima oleh korban. Sementara secara kuantitas berarti seberapa banyak korban yang merasakan efeknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib