Ruang lingkup atau objek yang dikaji, dapat
dibagi menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal. Objek materialnya
adalah moralitas implisit dari peradaban besar lintas zaman yang dipetakan
secara etika normatif. Sementara itu, objek formalnya adalah sudut pandang
etika yang telah dipetakan dalam sistem etika normatif, baik sistem K. Bertens,
maupun Sonikeraf.
Berbicara tentang etika tentu harus
dibedakan dengan moralitas. Perbedaannya jelas terlihat pada sudut pandangnya. Etika
merupakan kajian kritis bagaimana manusia bertindak dalam situasi yang konkret,
dengan kata lain etika ini dapat dinamai sebagai filsafat moral. Sementara itu,
moralitas adalah pandangan hidup seseorang maupun masyarakat, di mana pandangan
hidup ini dipercayai sebagai hal yang dapat menjadi acuan dalam menjalani
hidup.
Sistem pendekatan etika normatif yang
dipakai etika sendiri terdapat dua macam, yaitu pendapat K. Bertens dan
pendapat Sonikeraf. Menurut K. Bertens, terdapat dua kategori etika, yaitu
etika kewajiban dan etika keutamaan. Etika kewajiban adalah etika yang
berbentuk prinsip maupun aturan moral yang berlaku untuk perbuatan manusia. Etika
kewajiban fokus kepada apa yang dilakukan oleh manusia. Tolak ukurnya memakai
skala prioritas, di mana menilai kelakuan manusia secara moral dengan berpegangan
dengan norma dan prinsip moral. Sementara itu, etika keutamaan fokus kepada
pembahasan mengenai keutamaan atau “virtue.”
Virtue merupakan watak manusia, dengan kata lain, etika ini menilai manusianya,
bukan perilakunya.
Menurut Sonikeraf, terdapat tiga kategori
etika, yaitu etika deontologis, teleologis, dan keutamaan. Etika deontologis adalah
nama lain dari etika kewajiban. Sementara etika teleologis adalah etika yang fokus
kepada perilaku, namun tolak ukurnya adalah efek atau konsekuensi yang
dihasilkan dari perilaku tersebut. Dengan demikian, etika ini bersifat
situasional dan subjektif.
Terdapat dua macam etika teleologis, yaitu
egoisme etis dan utilitarian. Egoisme etis memakai tolak ukur konsekuensi bagi pelaku,
semakin baik ketika efek yang di terima oleh pelaku semakin berkualitas. Sementara
itu, utilitarian memakai tolak ukur konsekuensi bagi korban. Konsekuensi bagi
korban dapat dilihat secara kualitas maupun kuantitas. Secara kualitas berarti
seberapa berkualitasnya efek yang diterima oleh korban. Sementara secara
kuantitas berarti seberapa banyak korban yang merasakan efeknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar