Catatan Filsafat

WEBSITE BERISI CATATAN DAN ANALISIS TENTANG FILSAFAT, ILMU, PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, POLITIK, SOSIAL, BUDAYA, AGAMA, NILAI, DAN ETIKA
BY MUHAMMAD QATRUNNADA AHNAF
A.K.A. MQAHNAF

Full width home advertisement

Esai

Puisi

Post Page Advertisement [Top]


Filsafat sosial adalah filsafat manusia yang dikaji dalam dimensi sosialnya. Dengan kata lain, filsafat sosial mencoba untuk mengkaji hakikat persekutuan hidup manusia. Filsafat sosial terdiri dari kritik sosial, futurologi, dan etika sosial.

Dalam filsafat sosial, para pemikir memiliki pandangan yang berbeda-beda, terutama asumsinya mengenai manusia; contohnya Aristoteles yang berpandangan bahwa manusia adalah zoon politicon (hewan yang berpolitik/bersosial), Driyarkara berpandangan bahwa manusia adalah makhluk yang membutuhkan pengakuan dari sesamanya, dan Marx berpandangan bahwa manusia adalah homo faber (hewan yang bekerja).

Para pemikir tersebut sebenarnya mencari sosialitas dari manusia yaitu bagaimana hubungan antar manusia terjadi. Sosialitas perlu dibedakan dengan sosietas, yang mana sosietas adalah keunikan dari lingkup sosial seperti agama, keluarga, negara, dan kultural. Dapat dikatakan hubungan antar manusia menyintesiskan sosietas yang memiliki sifat tersendiri. Secara umum, sosialitas dapat dibagi menjadi dua: sosialitas rasional, yaitu patembayan, yang interaksinya di dasarkan pada prinsip keuntungan seperti masyarakat dagang; sosialitas emosional, yaitu paguyuban, yang interaksinya di dasarkan pada kedekatan emosional maupun genetik seperti masyarakat desa dan adat.

Macam Sosietas

Sosietas terkecil adalah keluarga, itulah mengapa intimitas dan personalitas terasa kuat dalam sosietas keluarga. Hubungan yang merupakan partnership sangat ditonjolkan dalam sosietas keluarga. Sayangnya, sedikit sekali pemikir yang membahas tentang keluarga; beberapa contohnya adalah Marx yang menganggap keluarga adalah kelas sosial yang dilembagakan sehingga melemahkan perjuangan kelas dan Beauvoir yang menganggap keluarga adalah hal menghambat potensi perempuan.

Sosietas selanjutnya adalah sosietas kultural. Sosietas ini terbentuk karena kesamaan identitas fisik (materiil, bentuk wajah, kebiasaan, wilayah, dll.). Sosietas kultural ini nantinya mencoba untuk melestarikan identitasnya sendiri (konvensional). Pembahasan mengenai sosietas ini merupakan perpaduan antara filsafat sosial dan filsafat budaya.

Sosietas selanjutnya adalah sosietas negara. Sosietas ini menekankan pada kesejahteraan bersama. Sosietas ini dibentuk secara praksis dan rasional. Pembahasan mengenai sosietas ini merupakan perpaduan antara filsafat sosial dan filsafat politik.

Sosietas selanjutnya adalah sosietas agama atau religi. Sosietas ini terbentuk karena kepercayaan terhadap hal yang transendental. Dengan kata lain, manusia merasa kecil di hadapan entitas tertentu (tremendum et fascinosum). Masyarakat religi memiliki harapan kesejahteraan mutlak yang merupakan hal ideal; mereka mencoba untuk mewujudkannya.

Tidak hanya berhenti di sosietas agama, ternyata terdapat suatu anomali dalam sosietas. Anomali muncul sebanyak satu persen dari seluruh realitas yang ada, hal ini merupakan keterpilahan secara konseptual di mana manusia biasa tidak menyadarinya. Pembahasan perihal anomali dapat dilihat pada karya Zizek tentang fantasi dan Baudrillard tentang simulacra.

Realitas Sosial

Dalam melihat realitas sosial manusia, individu dan masyarakat selalu di pertimbangkan. Hal ini tidak menutup kemungkinan munculnya suatu kecondongan tertentu terhadap dua variabel tersebut. Realitas sosial dapat dipandang dari tiga cara: perenial, historis, unsur baru.

Perenial adalah cara pandang yang statis. Statis karena mencari struktur dari asumsi yang ideal. Ideal di sini merupakan keteraturan yang adi manusiawi. Sayangnya, hal konkret tidak begitu dipedulikan. Sebagai contoh, Agustinus yang menjabarkan konsep Kerajaan Tuhan dan Kerajaan manusia.

Prinsip Sosial

Terdapat dua prinsip sosial menurut Rawls: prinsip persamaan dan prinsip ketidaksamaan. Prinsip kesamaan adalah prinsip yang merupakan dasar dari kebebasan manusia yang membuat manusia mau berkehendak. Prinsip ketidaksamaan adalah hasil dari tindakan manusia, secara sosial dan ekonomi pasti memiliki ketidaksamaan, sesuai dengan usaha masing-masing.

Multikulturalisme

Multikulturalisme adalah kondisi di mana terdapat berbagai kultur dalam suatu masyarakat. Terdapat tiga macam multikulturalisme: melting pot, salad bowl, dan mozaic. Melting pot adalah konsep di mana perbedaan dalam masyarakat melebur menjadi satu identitas baru yang unik dan berbeda dari sebelum peleburan. Salad bowl adalah konsep di mana perbedaan dalam masyarakat dibiarkan berbeda namun hak masing-masing kultur tetap di pertahankan. Mozaic adalah konsep di mana perbedaan dalam masyarakat di susun sedemikian rupa hingga memiliki pola tertentu yang harmoni.

Konflik Sosial

Identitas sangatlah diperlukan untuk membedakan diri dengan yang lain, baik secara fisik maupun mental. Dalam upaya untuk membedakan diri tersebut, dilakukanlah proses labeling, yang mana labeling adalah menilai sesuatu hal dengan standar sendiri dan standar pribadi. Labeling dapat membentuk suatu keyakinan stereotip terkadang diskriminatif apabila dilakukan berbarengan dengan tindakan tertentu yang mendiskreditkan dan menyingkirkan suku lain. Dengan kata lain, labeling menciptakan suatu jarak sosial; sejauh mana suatu etnis menerima etnis lain di lingkungannya.

Labeling memunculkan suatu prasangka perbedaan mutlak, mayoritas yang menguasai minoritas, stereotip, dan superioritas. Tentu labeling juga menciptakan konflik dengan munculnya social inferiority. Konflik disebabkan oleh—namun tidak terbatas pada—empat hal: perbedaan yang merugikan, tidak ada interaksi maupun komunikasi, hierarki relasi yang terlalu kaku, kelangkaan sumber daya alam dan kesalahan distribusinya.

Konflik sendiri dapat dilihat dalam dua perspektif, secara alamiah maupun dalam kepentingan. Terdapat tiga paradigma konflik sosial: primordialis, instrumentalis, dan konstruktivis. Primordialis berpandangan bahwa konflik berawal secara alamiah (identitas alamiah) yang kemudian melahirkan benturan kepentingan konvensional. Instrumentalis berpandangan bahwa konflik sosial memakai identitas alamiah sebagai alat untuk menutupi kepentingan tertentu. Konstruktivis berpandangan bahwa identitas kelompok bersifat luwes, yang kemudian membentuk relasi pergaulan sosial.

Feminisme

Feminisme adalah suatu konsep yang berkutat pada permasalahan gender dan perempuan. Secara garis besar, terdapat dua macam feminisme; feminisme natural yang berlandaskan argumentasi hormonal dan struktur fungsional, dan; feminisme nurtural yang berlandaskan argumentasi konstruksi sosial dan teori konflik. Contoh spesifik dari feminisme natural adalah ecofeminisme yang menekankan pada kekhasan sifat perempuan, sementara untuk feminisme nurtural adalah feminisme liberal, sosialis-marxis, dan radikal.

Feminisme radikal berpandangan bahwa problematika perempuan disebabkan oleh dominasi laki-laki, dengan demikian perempuan harus bersatu untuk melawan dominasi laki-laki. Feminisme liberal berpandangan bahwa problematika dapat hilang dengan melakukan pembebasan perempuan dan kesetaraan gender. Feminisme sosialis-marxis berpandangan bahwa aktualisasi perempuan dibatasi, salah satunya karena keberadaan keluarga, dengan demikian perempuan harus melakukan perjuangan kelas melawan laki-laki untuk menghapus kelas, terutama keluarga.


Berbeda dari semuanya, ecofeminisme memiliki pandangan yang jauh berbeda. Ecofeminisme menekankan pada ciri khas wanita. Bagi ecofeminisme, konflik selama ini bukan karena penindasan laki-laki, namun karena perempuan tidak mengerti ciri khas dan kemampuannya. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan di biarkan berbeda, sesuai dengan ciri khas masing-masing, namun bekerja sama untuk mewujudkan cita-cita bersama, menuju keharmonisan gender.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib