Catatan Filsafat

WEBSITE BERISI CATATAN DAN ANALISIS TENTANG FILSAFAT, ILMU, PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, POLITIK, SOSIAL, BUDAYA, AGAMA, NILAI, DAN ETIKA
BY MUHAMMAD QATRUNNADA AHNAF
A.K.A. MQAHNAF

Full width home advertisement

Esai

Puisi

Post Page Advertisement [Top]

Metode Filsafat Plotinos (205 – 270)

Plotinos adalah pendiri neo-platonisme. Ia belajar filsafat pada Ammonius Saccas. Tulisannya yang terkenal sekarang berbentuk Enneades yang memiliki 9 bab di setiap bukunya—terdapat 6 buku.

a.         Filsafatnya

Filsafat Plotinos adalah sintesis dari berbagai pemikiran filsafat. Ia memakai metode eklektis dalam memadukan berbagai pemikiran tersebut—meskipun begitu, pemikiran tersebut disusun sedemikian rupa dengan ciri khas Plotinos. Ia pun mengakui bahwa pemikirannya di dominasi oleh pemikiran Plato.

b.         Metodenya

Metodenya bersifat intuitif. Intuitif di sini lebih cenderung kepada sikap kontemplatif. Tidak sekadar doktrin, filsafatnya juga merupakan way of life.

c.         Enneades

Proses pemikirannya berasal dari penyucian dan askese. Itulah mengapa ia tidak menunjukkan secara eksplisit perihal pemikirannya dan jalan penemuan sejatinya. Ia hanya mengungkapkan dan menjelaskan saja.

Suasana Dialog

Plotinos menganggap bahwa suasana dialog adalah hal yang perlu untuk mengatur dan menjelaskan pemahaman. Tentu suasana dialog ini dipergunakan untuk meyakinkan pemikirannya pada seseorang. Itulah mengapa kuliahnya berbentuk diskusi, yang kerap tidak teratur. Itu pun karena ia ingin agar pendengar ikut secara langsung dalam pembentukan pemikiran.

Dalam diskusi, ia kerap mengawalinya dengan pertanyaan, paradoks, maupun aporia. Mencoba untuk menjelaskan dan mengajukan berbagai keberatan. Akhirnya, terkadang muridnya diberikan tugas dalam bentuk “kuliah-kerja”.

Jalan Maju: Dialektika

a.         Bahan Sebagai Titik-Pangkal

Plotinos mencari inspirasi pada pengarang sebelumnya, terutama para pemikir awal era Sokrates. Setelah mendapatkan inspirasi, ia mendalami apa yang ingin ia jelaskan dalam kuliahnya.

b.         Prinsip Metodis: Harmoni

Plotinos menggabungkan bahan dari filsuf lain setelah memilah-milah pemikiran tersebut, mencari apa yang ia “lihat” baik dan benar. Apabila ia menemukan kesesuaian pemikiran filsuf lain dengan pemikirannya yakni ‘penurunan kemurnian ilahi dan kenaikan jiwa menuju penyatuan dengan Tuhan’, maka ia akan membenarkan pemikiran tersebut.

Plotinos tidak membagi pemikirannya secara sistematis seperti Aquinas. Setiap aspek pemikiran Plotinos berkaitan dengan aspek yang lain dari pemikirannya. Maka dari hal itu, pemikirannya cenderung dogmatis dan kontradiktif.

c.         Pembuktian

Umumnya filsafatnya tidak mengandung pembuktian-pembuktian seperti Aristoteles, melainkan mencoba membuktikan kebenarannya secara berulang-ulang. Dalam pembuktiannya itu, ia menggunakan beragam jenis argumentasi, namun secara umum terbagi aspek induktif dan aspek deduktif.

Aspek induktif adalah semacam fenomenologi umum ke ‘atas’, refleksi atas pengalaman manusiawi. Sementara, aspek deduktif adalah semacam fenomenologi yang mendeduksikan kenyataan ke ’bawah’.

d.         Simbolisme

Gerak ke ‘bawah’ dan ke ‘atas’ diberi simbol-simbol. Kenyataan inderawi, pengalaman sehari-hari manusia, diberikan kesan magis dan mengisyaratkan keberadaan dunia lain oleh Plotinos. Beragam keajaiban yang muncul dari astrologi, magi, dan telepati, tidak lagi dianggap sebagai penalaran, tetapi dianggap kontemplasi yang intens dan mendalam.

Simbolisme, yang diterima Plotinos sebagai fakta, menjadi alat untuk mengungkap hakikat kosmis. Pada umumnya simbolisme Plotinos bersifat dinamis seperti tindakan, gerakan, usaha, dan sebagainya. Ia menolak imajinasi yang membeku dan menggunakan ungkapan inderawi seperti impresi, kontak, deretan cahaya, transparansi, rasa, cita rasa, cahaya dan sinar. Penyatuan mistik adalah ‘kembali kepada Tuhan’ atau ‘gerak naik ke atas’, seakan-akan meniadakan diri.

e.         Meyakinkan

Plotinos berusaha meyakinkan pendengar kuliahnya sekaligus meneguhkan pendiriannya. Ia melakukan hal ini dengan mencari penguatan dalam agama, sumber yang ada di luar filsafat.

Hasil Metode

Jalan pikiran metodis tersebut membawa seseorang pada kontemplasi. Kontemplasi itu menyeluruh, melampaui batasan-batasan penalaran. Kontemplasi dengan sendirinya menjadi objek karena pergerakan itu.

Jiwa semakin bersih, dan berhasil ‘naik’ hingga bersatu dengan sumber kenyataan sekaligus dengan semua yang terpancar dari-Nya. Terjadi kesatuan mistik dengan Tuhan. Plotinos berbahagia dapat masuk dunia pemahaman.

Catatan: dibuat bersama Aldo Muhes


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib