Plotinos
adalah pendiri neo-platonisme. Ia belajar filsafat pada Ammonius Saccas.
Tulisannya yang terkenal sekarang berbentuk Enneades
yang memiliki 9 bab di setiap bukunya—terdapat 6 buku.
a. Filsafatnya
Filsafat
Plotinos adalah sintesis dari berbagai pemikiran filsafat. Ia memakai metode
eklektis dalam memadukan berbagai pemikiran tersebut—meskipun begitu, pemikiran
tersebut disusun sedemikian rupa dengan ciri khas Plotinos. Ia pun mengakui
bahwa pemikirannya di dominasi oleh pemikiran Plato.
b. Metodenya
Metodenya
bersifat intuitif. Intuitif di sini lebih cenderung kepada sikap kontemplatif.
Tidak sekadar doktrin, filsafatnya juga merupakan way of life.
c. Enneades
Proses
pemikirannya berasal dari penyucian dan askese.
Itulah mengapa ia tidak menunjukkan secara eksplisit perihal pemikirannya dan
jalan penemuan sejatinya. Ia hanya mengungkapkan dan menjelaskan saja.
Suasana Dialog
Plotinos
menganggap bahwa suasana dialog adalah hal yang perlu untuk mengatur dan
menjelaskan pemahaman. Tentu suasana dialog ini dipergunakan untuk meyakinkan
pemikirannya pada seseorang. Itulah mengapa kuliahnya berbentuk diskusi, yang
kerap tidak teratur. Itu pun karena ia ingin agar pendengar ikut secara
langsung dalam pembentukan pemikiran.
Dalam
diskusi, ia kerap mengawalinya dengan pertanyaan, paradoks, maupun aporia. Mencoba untuk menjelaskan dan
mengajukan berbagai keberatan. Akhirnya, terkadang muridnya diberikan tugas
dalam bentuk “kuliah-kerja”.
Jalan Maju: Dialektika
a. Bahan Sebagai Titik-Pangkal
Plotinos
mencari inspirasi pada pengarang sebelumnya, terutama para pemikir awal era
Sokrates. Setelah mendapatkan inspirasi, ia mendalami apa yang ingin ia
jelaskan dalam kuliahnya.
b. Prinsip Metodis: Harmoni
Plotinos
menggabungkan bahan dari filsuf lain setelah memilah-milah pemikiran tersebut,
mencari apa yang ia “lihat” baik dan benar. Apabila ia menemukan kesesuaian
pemikiran filsuf lain dengan pemikirannya yakni ‘penurunan kemurnian ilahi dan
kenaikan jiwa menuju penyatuan dengan Tuhan’, maka ia akan membenarkan
pemikiran tersebut.
Plotinos
tidak membagi pemikirannya secara sistematis seperti Aquinas. Setiap aspek
pemikiran Plotinos berkaitan dengan aspek yang lain dari pemikirannya. Maka
dari hal itu, pemikirannya cenderung dogmatis dan kontradiktif.
c. Pembuktian
Umumnya
filsafatnya tidak mengandung pembuktian-pembuktian seperti Aristoteles,
melainkan mencoba membuktikan kebenarannya secara berulang-ulang. Dalam
pembuktiannya itu, ia menggunakan beragam jenis argumentasi, namun secara umum
terbagi aspek induktif dan aspek deduktif.
Aspek
induktif adalah semacam fenomenologi umum ke ‘atas’, refleksi atas pengalaman
manusiawi. Sementara, aspek deduktif adalah semacam fenomenologi yang
mendeduksikan kenyataan ke ’bawah’.
d. Simbolisme
Gerak ke
‘bawah’ dan ke ‘atas’ diberi simbol-simbol. Kenyataan inderawi, pengalaman
sehari-hari manusia, diberikan kesan magis dan mengisyaratkan keberadaan dunia
lain oleh Plotinos. Beragam keajaiban yang muncul dari astrologi, magi, dan
telepati, tidak lagi dianggap sebagai penalaran, tetapi dianggap kontemplasi
yang intens dan mendalam.
Simbolisme,
yang diterima Plotinos sebagai fakta, menjadi alat untuk mengungkap hakikat kosmis.
Pada umumnya simbolisme Plotinos bersifat dinamis seperti tindakan, gerakan,
usaha, dan sebagainya. Ia menolak imajinasi yang membeku dan menggunakan
ungkapan inderawi seperti impresi, kontak, deretan cahaya, transparansi, rasa,
cita rasa, cahaya dan sinar. Penyatuan mistik adalah ‘kembali kepada Tuhan’
atau ‘gerak naik ke atas’, seakan-akan meniadakan diri.
e. Meyakinkan
Plotinos
berusaha meyakinkan pendengar kuliahnya sekaligus meneguhkan pendiriannya. Ia
melakukan hal ini dengan mencari penguatan dalam agama, sumber yang ada di luar
filsafat.
Hasil Metode
Jalan
pikiran metodis tersebut membawa seseorang pada kontemplasi. Kontemplasi itu
menyeluruh, melampaui batasan-batasan penalaran. Kontemplasi dengan sendirinya
menjadi objek karena pergerakan itu.
Jiwa
semakin bersih, dan berhasil ‘naik’ hingga bersatu dengan sumber kenyataan
sekaligus dengan semua yang terpancar dari-Nya. Terjadi kesatuan mistik dengan
Tuhan. Plotinos berbahagia dapat masuk dunia pemahaman.
Catatan: dibuat bersama Aldo Muhes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar