Catatan Filsafat

WEBSITE BERISI CATATAN DAN ANALISIS TENTANG FILSAFAT, ILMU, PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, POLITIK, SOSIAL, BUDAYA, AGAMA, NILAI, DAN ETIKA
BY MUHAMMAD QATRUNNADA AHNAF
A.K.A. MQAHNAF

Full width home advertisement

Esai

Puisi

Post Page Advertisement [Top]


Bagaikan bernostalgia menjadi panitia saat SMA, ternyata rasa lelahnya masih sangat kental terasa saat menjadi panitia PPSMB UGM, Pelatihan Pembelajaran Sukses Mahasiswa Baru Universitas Gadjah Mada pada tanggal 3-4 Agustus lalu. Berpengalaman di divisi acara--meskipun pertama kali menjadi time keeper--tentu tidak menghilangkan rasa lelah tersebut. Meskipun begitu, tidak sedikit pun rasa sesal hadir setelah acara selesai, setelah kepanitiaan dibubarkan.

Selamat datang adik-adikku, selamat berjuang di kampus perjuangan, di kampus kerakyatan, terutama untuk adik-adikku Gamada Filsafat. Mungkin saja orang lain atau mahasiswa lain mempertanyakan gelar kerakyatan dan perjuangan yang disandang oleh UGM. Akan tetapi saya tidak mempertanyakannya, karena gelar hanyalah sebatas gelar, namun hanya realitaslah yang patut untuk dijadikan acuan.

Tujuan dari artikel ini tidaklah abstrak seperti yang dituduhkan mahasiswa non-filsafat kepada filsafat,[1] namun konkret berlandaskan yang nyata. Problematika munculnya tuduhan tersebut sebenarnya berasal dari orang yang menuduh sendiri, bahwa “mereka” tidak mengerti term-term yang digunakan filsafat. Sebagai contoh, seseorang pasti tidak dapat menangkap makna kata-kata yang berbahasa inggris ketika orang tersebut tidak mengerti bahasa inggris. Layak saja mereka tidak dapat memahami tulisan filsafat, apalagi mengandung term-term filsafat seperti ontologi, epistemologi, aksiologi, mengada, menisbikan, cogito ergo sum, tesis, antitesis, maupun sintesis. Apa daya, seperti orang yang tak memahami bahasa inggris, mereka pasti menuduh bahasa inggris terlalu abstrak, aneh dan sulit dimengerti. Dengan demikian, kalian sebagai mahasiswa filsafat tidak perlu merasa tertekan, maupun dikucilkan. Sesungguhnya merekalah yang tidak mengerti apa-apa perihal filsafat, harap dimaklumi. Jangan berdebat dengan mereka, sama saja anda berdebat perihal bahasa inggris dengan orang yang tidak mengerti bahasa inggris, sungguhlah sia-sia.

Seperti yang telah disebutkan bahwa tujuan dari artikel ini sangatlah konkret, tujuan yang muncul dari pengalaman penulis setelah setahun lamanya berjuang di UGM, di Fakultas Filsafat. Rasa bimbang, hinaan-hinaan serta berbagai tuduhan yang dilayangkan kepada filsafat oleh masyarakat secara umum, hal tersebut pernah dialami oleh penulis. Dengan demikian, harapan penulis adalah tulisan ini dapat memberikan pencerahan dan motivasi, serta menjadi starter pack untuk Gamada, terutama Gamada Filsafat.

Kali ini akan dibahas mengenai hukum Murphy. Hukum ini dirasa oleh penulis sangat berguna apalagi untuk mahasiswa terutama mahasiswa filsafat. Secara umum, terdapat 3 hukum utama, meskipun setelah dicari di Google mengenai hukum Murphy terdapat banyak variasi yang memang diturunkan dari tiga hukum ini:
1. Nothing is as easy as it looks, so keep learning and never give up.
2. Everything are takes longer than what you expect, so do it now.
3. There is always at least a mistake and that mistake is the worst possible one, so make sure you are well prepare for it.

Pada kesempatan kali ini, akan dibahas terlebih dahulu tentang hukum pertama—hukum selanjutnya akan dibahas pada artikel selanjutnya. Hukum pertama bermakna “Tak satu pun semudah seperti apa yang terlihat, jadi teruslah belajar dan jangan pernah menyerah.” Terkadang manusia memang selalu meremehkan. Menganggap sesuatu itu mudah, semudah dia melihat sesuatu tersebut. Tentu hal seperti ini pasti pernah dialami oleh setiap orang, entah secara sadar maupun tidak sadar. Pola pikir meremahkan seperti itu justru sangatlah menghambat perkembangan kualitas pribadi. Pada akhirnya manusia seperti itu akan menyadari bahwa hanya dengan belajar, dengan trial and error, manusia dapat melewati permasalahan kehidupan dan meningkatkan kualitas pribadi.

Mari dibahas secara detail. Manusia belajar dari ingatan-ingatan, memori-memori perihal fenomena yang dialami pada masa lalu, sebut saja pengalaman. Pengetahuan muncul dari hasil kontemplasi atas memori-memori dan ingatan-ingatan tersebut. Dengan kata lain, pengetahuan individu sangat bergantung pada fenomena yang dia alami sebelumnya, meskipun pengetahuan juga tergantung dari kualitas seseorang dalam berkontemplasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan bersifat dinamis, karena pengalaman juga berubah dan berkembang seiring waktu, berkembang seiring fenomena yang pernah dialami.

Mungkin masih ada yang bertanya-tanya, lantas apa hubungan antara hukum pertama Murphy dengan kedinamisan pengetahuan. Memori atau ingatan adalah kecerdasan tingkat dasar. Mungkin anak-anak kedokteran lebih memahami perihal bagaimana otak menyimpan ingatan atau memori, namun ada satu hal yang semua orang merasakannya, bahwa hal yang diulang terus menerus membuat ingatan tentang hal tersebut menjadi semakin jelas dan kuat.

Dari sini jelas sudah maksud dari hukum pertama, bahwa memang segalanya tidak semudah yang terlihat namun tidak berarti berhenti mencoba, tidak berarti menyerah. Justru sebaliknya, teruslah belajar dan jangan menyerah. Segalanya tidak semudah yang terlihat, maka jangan meremehkan. Kerjakan tugas-tugas, bacalah buku maupun tulisan yang disenangi secara perlahan, hayati, tangkap hakikat dan maknanya, teruslah belajar secara kontinu mulai sekarang. Terutama, jangan jadi kupu-kupu (kuliah – pulang – kuliah – pulang), aktiflah belajar di luar kelas. Ikuti BKM, UKM, dan organisasi apapun selama disenangi dan dinikmati. Intinya, jangan bermalas-malasan, jangan meremehkan, teruslah berusaha karena pemudalah sang penerus bangsa.




[1] Berdasarkan pengalaman penulis, tuduhan tersebut berbentuk seperti “filsafat terlalu abstrak dan tidak dapat dimengerti”.

2 komentar:

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib