"Anda tidak berhak dipuji kalau tidak bisa menerima kritikan"--Halle Berry, 2005.
Ternyata masih ada pemuda yang tak tahan kritik dan pikirannya masih tertutup. Dengan era informasi kontemporer--di mana informasi dengan mudah didapatkan dan disebarkan--seperti saat ini, tentu sangat mengherankan jika masih terdapat pemuda yang tidak ingin dikritik. Tidak hanya tidak ingin dikritik, pemuda tersebut juga menghina orang yang mengkritik--dalam ilmu logika, perilaku seperti itu termasuk di dalam kategori kesesatan logika "Argumentum ad Hominem", yaitu menyerang pribadi orang yang berpendapat namun tidak menyerang pendapatnya. Karena dikritik oleh penulis, ada pemuda yang sempat mengajak untuk bertemu, mungkin akan dilakukan kekerasan fisik kepada penulis--mudah-mudahan itu hanya prasangka buruk penulis saja.
Terlebih, pemuda tersebut juga menghina teori. Sekejap muncul pertanyaan, apakah dia paham apa itu teori? Mari ditelaah secara asal-usul katanya atau definisi etimologis: "...from Greek theoria "contemplation, speculation; a looking at, viewing; a sight, show, spectacle, things looked at,"..." Secara asal-usul kata, teori berasal dari kata theoria dalam bahasa Yunani yang berarti perenungan atau cara pandang--dapat dibaca lebih lanjut di http://www.etymonline.com/index.php?allowed_in_frame=0&search=theory.
Lalu bagaimana definisi menurut KBBI? Menurut KBBI, definisi teori secara umum adalah "...pendapat, cara, dan aturan untuk melakukan sesuatu..."--dapat dibaca lebih lanjut di http://kbbi.web.id/teori.
Apa yang salah dari teori? Jika seseorang berpendapat, dapat dikatakan bahwa orang tersebut berteori. Pemuda tersebut "berpendapat" bahwa teori itu sekedar teori dan tidak perlu diikuti, sedangkan pendapatnya menurut definisi juga termasuk teori. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendapatnya tersebut tidak perlu diikuti. Dari sini dapat dilihat bahwa pemuda tersebut tidak konsisten.
Kesimpulan
Jika pemuda seperti itu--yang tak tahan kritik, senang menghina pribadi orang serta ucapannya tidak konsisten--semakin menjamur, maka rusaklah bangsa ini. Coba bayangkan pemuda yang diharapkan menjadi penerus bangsa justru berperilaku seperti itu, bagaimana masa depan bangsa ini? Tidak perlu jauh-jauh ke masa depan, kaum elitis kita pun juga seperti itu. Ketika rapat membahas soal rakyat, berdebat sendiri hingga membanting meja dan mengucapkan kata-kata kotor karena tidak terima di kritik, ketika berpendapat tidak konsisten, juga selalu menghina orang yang berpendapat dari pada pendapatnya.
Well... Bagi penulis, bayangan tersebut amatlah mengerikan. Dengan begitu, penulis mencoba untuk memberikan solusi dalam menghadapi pemuda seperti itu--meskipun sedikit machiavellian, juga dengan mempertimbangkan perjuangan para pahlawan dan "founding father" bangsa Indonesia. Solusinya adalah jangan dihiraukan. Ya. Hal tersebut dikarenakan manusia adalah mahluk yang tidak dapat terbebas dari manusia lain dalam mempertahankan eksistensinya. Dengan tidak menghiraukan pemuda seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka pasti juga turut serta dalam mempercepat perkembangan dan kemajuan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar