Ilmuwan
fisika terlihat persis seperti ujaran pepatah yaitu “kacang lupa kulitnya”,
terutama ilmuwan fisika yang berpendirian bahwa filsafat sudah tidak relevan
lagi dalam diskursus kosmologi. Sekilas, filsafat seakan terlihat memang sudah
tidak relevan lagi di dalam diskursus kosmologi. Bagaimanapun, pendirian
tersebut memunculkan pertanyaan dalam benak saya yaitu: dalam hal apa filsafat
tidak lagi relevan? dan masih adakah ruang bagi filsafat untuk masuk dalam
diskursus kosmologi?
Perlu
dimengerti, dalam hal kemajuan eksperimental serta teori-teori kosmologi,
filsafat sangatlah lemah. Sebab, filsafat memang mendasarkan dirinya pada model
berpikir yang spekulatif. Namun, perlu diingat, segala penemuan dan kemajuan
yang hadir dalam sains, tidak membatalkan pemikiran yang ada dalam filsafat, karena
model berpikir mereka berbeda; sains dengan relativitas ilmu dan eksperimennya,
dan filsafat dengan logika dan spekulasinya.
Dengan
tidak menghiraukan sisi eksperimental serta sisi teori-teori kosmologi,
filsafat tetap relevan. Relevansi filsafat di sini berada dalam ranah
metodologi dan prinsip-prinsip kosmologi. Diskursus kosmologi tidak akan
berjalan tanpa adanya bantuan pembahasan metodologi kosmologi dari filsafat,
serta bantuan pembahasan prinsip-prinsip kosmologi dari filsafat.
Perlu
diingat, ilmu merupakan kumpulan fakta yang disusun sedemikian rupa hingga
membentuk suatu struktur teoritis yang kemudian digunakan untuk memprediksi
masa depan sekaligus merekonstruksi masa lalu. Cara menyusun teori, observasi,
dan sebagainya adalah ranah subur bagi filsafat. Dengan demikian, tidaklah
demikian filsafat menjadi tidak relevan dalam kosmologi, justru filsafat dan
sains harus bekerja sama untuk mengembangkan diskursus kosmologi.
Catatan: Tulisan ini merupakan tugas mata kuliah Kosmologi di Fakultas Filsafat UGM